PARENTINGISLAM.ID – – Mempunyai keluarga yang saleh merupakan cita-cita semua orang. Untuk mewujudkannya dibutuhkan kesungguhan, kesabaran, dan keuletan dari suami dan istri. Dikutip dari buku Membingkai Surga Dalam Rumah Tangga karya Aam Amiruddin & Ayat Priyatna Muhlis, berikut sejumlah keterangan dari Al-Quran dan hadits tentang dasar-dasar keluarga yang saleh.
Bersyukur Saat Mendapatkan Nikmat
Saat mendapat karunia dari Allah Swt. berupa harta, ilmu, anak, dan yang lainnya, bersyukurlah kepada-Nya atas segala nikmat yang telah diberikan supaya apa yang ada pada genggaman kita menjadi berkah.
“…Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan me[1]nambah nikmat kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari nikmat-Ku, pasti azab-Ku sangat berat.” (Q.S. Ibrahim [14]: 7)
Bersabar Saat Ditimpa Kesulitan
Semua orang pasti mengharapkan jalan kehidupannya selalu lancar dan bahagia, tetapi kenyataannya tidaklah demikian. Sangat mungkin dalam kehidupan berkeluarga, kita menghadapi sejumlah kesulitan dan ujian berupa kekurangan harta, ditimpa penyakit, dan kesulitan lainnya.
Nah, sabar merupakan fondasi yang harus dibangun agar keluarga kita tetap bahagia walaupun sedang ditimpa musibah.
“…bersabarlah terhadap ujian yang menimpamu. Sungguh, perkara itu sangat penting.” (Q.S. Luqman [31]: 17)
Bertawakal Saat Memiliki Rencana
Allah Subhanahu wa ta’ala. sangat suka kepada orang-orang yang melakukan sesuatu secara terencana. Saat akan melakukan hal yang penting, Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam. selalu bermusyawarah dengan para sahabatnya. Musyawarah merupakan bagian dari proses perencanaan. Alangkah indahnya apabila suami istri selalu bermusyawarah dalam merencanakan hal-hal yang dianggap penting dalam kehidupan berumah tangga, misalnya masalah pendidikan anak, tempat tinggal, dan yang lainnya. Saat membuat rencana, jangan lupa pasrahkan hasilnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala., itulah yang disebut tawakal.
“…Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah mencintai orang yang bertawakal.” (Q.S. Ali Imran [3]: 159)
Bermusyawarah
Suami adalah leader atau pemimpin dalam rumah tangga. Seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan strategis. Alangkah mulianya kalau suami sebagai pemimpin selalu mengajak istri dan anak-anaknya bermusyawarah menyangkut keputusan penting urusan keluarga. Hindarkan diri dari sikap otoriter, insya Allah hasil musyawarah akan lebih baik.
“…serta memutuskan urusan mereka dengan musyawarah antara mereka…” (Q.S. Asy-Syuraa [42]: 38)
Tolong-menolong dalam Kebaikan
Menurut Aisyah r.a., sebagai suami Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam. selalu menolong pekerjaan istrinya. Beliau tidak segan untuk mengerjakan pekerjaan yang biasa dilakukan perempuan seperti mencuci piring, mencuci baju, menggendong anak, dan lain-lain. Kalau kita ingin membangun keluarga yang saleh, suami harus berusaha meringankan beban istri, begitu juga sebaliknya.
Jadikan tolong-menolong sebagai hiasan rumah tangga.
“…Tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, serta jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…” (Q.S. Al-Maaidah [5]: 2)
Memenuhi Janji
Memenuhi janji merupakan bukti kemuliaan seseorang. Sedalam apa pun ilmu kita, setinggi apa pun kedudukan kita, kalau sering menyalahi janji, tentu orang tidak akan lagi percaya. Bagaimana kita akan menjadi suami yang dihargai istri dan anak-anak kalau sering menyalahi janji kepada mereka?
“Hai, orang-orang beriman! Penuhilah janji-janji…” (Q.S. Al-Maaidah [5]: 1)
Bertobat Saat Melakukan Kesalahan
Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, tak jarang suami atau istri terjerumus pada kesalahan. Itu tidak dapat dipungkiri. Apabila suami aatau istri melakukan kesalahan, hendaklah segera bertobat dari kesalahan itu.
“Orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau men-zalimi diri sendiri, mereka segera mengingat Allah, lalu memohon ampunan atas dosa mereka. Siapa yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu dengan penuh kesadaran.” (Q.S. Ali Imran [3]: 135)
Saling Menasihati
Untuk membentuk keluarga yang saleh, tentunya dibutuhkan sikap lapang dada dari masing-masing pasangan untuk dapat menerima nasihat maupun memberikan nasihat kepada pasangannya.
“Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan kebajikan, serta saling mena[1]sihati untuk kebenaran dan kesabaran.” (Q.S. Al-‘Ashr [103]: 1-3)
Saling Memberi Maaf dan Tidak Segan Minta Maaf
“…serta orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Ali Imran [3]: 134)
Selalu Berprasangka Baik
Suami istri hendaknya selalu berprasangka baik terhadap pasangannya. Sesungguhnya prasangka baik akan lebih menenteramkan hati sehingga konflik dalam keluarga lebih dapat diminimalisasi.
“Hai, orang-orang beriman! Jauhilah banyak prasangka buruk. Sesungguhnya, prasangka buruk itu dosa. Jangan kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu menggunjing sebagian lain…” (Q.S. Al-Hujuurat [49]: 12)
Mempererat Silaturahmi dengan Keluarga Istri atau Suami
“Hai, manusia! Sesungguhnya, Kami telah menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal…” (Q.S. Al-Hujuurat [49]: 13)
Melakukan Ibadah Berjamaah
Dengan melaksanakan ibadah secara berjamaah, ikatan batin antara suami istri akan terasa lebih erat. Di samping itu, pahala yang dijanjikan Allah Swt. pun sangat besar.
“Shalat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat daripada shalat sendiri-sendiri.” (Muttafaq’ Alaih)
Mencintai Keluarga Istri atau Suami Sebagaimana Mencintai Keluarga Sendiri
Berlaku adil atau tidak berat sebelah adalah hal yang mesti dijalankan oleh masing-masing pasangan agar tercipta suasana saling menghormati dalam rumah tangga.
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga mencintai saudaranya (keluarga, sahabat, dan sebagainya) seperti mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Muslim)
Memberi Kesempatan Suami atau Istri untuk Menambah Ilmu
Kewajiban mencari ilmu melekat kepada siapa pun termasuk kepada suami istri, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.,
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim.” (H.R. Muslim)
Apabila keempat belas hal tadi dikerjakan secara konsisten oleh masing-masing pasangan, insya Allah akan tercipta keluarga yang menjadi penyejuk hati. Wallaahu a‘lam. [ ]