PARENTINGISLAM.ID – – Ibadah secara umum mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah, baik itu perkataan ataupun perbuatan, baik bersifat zahir maupun batin. Pada hakikatnya tujuan manusia diciptakan semata-mata untuk mengabdikan diri kepada Allah ﷻ. Sebagaimana firman-Nya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]: 56)
Hamba yang membangkang dan menolak untuk mengabdi dan taat kepada ketentuan Allah sesuai tuntunan Rasulullah ﷺ, maka derajatnya sama dengan binatang ternak, bahkan lebih buruk lagi. Hal ini Allahﷻ tegaskan firman-Nya dalam Surat Al-A’raf [7] ayat 179.
Rasulullahﷺ sebagai qudwah hasanah merupakan sosok yang paling tekun beribadah. Ia paling taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, juga paling takut terhadap azab Allah ﷻ. Beliau bersabda: “Demi Allah, saya adalah orang yang paling bertakwa kepada Allah di antara kalian dan saya adalah orang yang paling takut kepada-Nya.”(Shahih Muslim, Kitab ash-Shiyam, no.1108, 2/779)
Disebutkan pula bahwa Nabi ﷺ pernah mengerjakan shalat hingga kaki beliau bengkak. Ketika Aisyah RA menanyakan kepada beliau, namun beliau menjawab: “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur.” (Shahih al Bukhari, Kitab ar Riqaq, no. 6471, 8/99)
Dalam mentarbiyah para sahabatnya, Rasulullah ﷺ menyuruh mereka bersungguh-sungguh dalam ketaatan dan ibadah. Terkadang menyuruh salah seorang melakukan suatu amalan tertentu seraya menyampaikan keutamaannya atau beliau memberi peringatan kepada orang yang meninggalkan amalan itu. Seperti dikutip dari majalahhidayatullah.com berikut ini penjelasannya
1.Metode pertama, memuji orang yang mengerjakan suatu ibadah dan memberitahu keutamaannya.
Dari Abdullah bin Salam RA bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, dan shalatlah di malam hari ketika orang-orang tidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat.” (Sunan Ibnu Majah, no. 1334, 1/423)
Rasulullah ﷺ juga bersabda: “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah jika ia shalat lail.” (Shahih al Bukhari, Kitab Bad’i al Khuluq, no 3738, 5/24)
Salim bin Abdullah bin Umar berkata: “Maka sejak saat itu Abdullah tidak pernah tidur malam kecuali hanya sedikit.”
Ali bin Abi Thalib RA menceritakan bahwa suatu ketika Rasulullah ﷺ mengetuk pintu rumahnya pada suatu malam dan putri beliau Fatimah RA ada di dalamnya, lalu beliau bertanya, “Tidak shalatkah kalian berdua?”, kemudian aku menjawab, “Wahai Rasulullah, jiwa kita ada di dalam genggaman Ar-Rahman, kalaulah Dia berkenan membangunkan kita niscaya Dia membangunkan.” Lalu Rasulullah ﷺ pergi setelah aku menjawab demikian dan tidak kembali lagi, kemudian aku mendengar Nabi ﷺ membaca sebuah ayat ketika kembali sambil menepuk pahanya, seraya berkata: “Sungguh manusia itu makhluk yang suka membantah” (Surat Al-Kahfi: 54). (Shahih al-Bukhari, Kitab at-Tahajjud, no.1123, 2/50)
Ibnu Hajar menukil ucapan Ibnu Batthal: “Di dalam Hadits ini terdapat keutamaan qiyamul lail dan membangunkan kerabat yang masih tertidur”. Karenanya At Thabari berkata, “Kalau saja Nabiﷺ tidak mengetahui keutamaan qiyamul lail niscaya beliau tidak akan membangunkan anak perempuannya (Fatimah) dan anak pamannya (Ali) pada waktu di mana Allah menjadikannya sebagai waktu istirahat bagi hamba-Nya, akan tetapi Dia memilih waktu tersebut untuk memberi karunia kepada hamba-Nya.” (Ibnu Hajar, Fath al-Bari, 3/11)
Di Hadits lain beliau bersabda: “Sebaik-baik shalat setelah shalat fardhu adalah shalat lail.” (Shahih Muslim, Kitab ash-Shiyam, no. 1163, 2/821).
2.Metode kedua, memberi peringatan bagi orang yang meninggalkan suatu ibadah.
Metode ini beliau pernah gunakan ketika melihat seseorang yang dulunya rajin shalat lail, kemudian ia meninggalkannya. Kisah ini disebutkan dalam kitab shahihhain, Rasulullah ﷺ bersabda: “Wahai hamba Allah, janganlah seperti si Fulan, dahulu ia rajin shalat lail tetapi ia meninggalkannya.” (Shahih al Bukhari, Kitab at Tahajjud, no. 1552, 2/54. Shahih Muslim, Kitab as Shiyam, no. 1559, 2/814)
Ketika ada seseorang ketiduran sehingga terlambat shalat Subuh, Rasulullah ﷺ bersabda: “Orang itu telinganya telah dikencingi setan.” (Shahih al Bukhari, Kitab Bad’i al Khuluq, no. 3270, 4/122)
Di dalam al-Qur’an terdapat banyak perintah taat kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya yang disebutkan secara bersamaan sekaligus menjelaskan bahwa ketaatan kepada Rasul merupakan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Misalnya firman Allah Ta’ala dalam al-Qur’an: “Barangsiapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (Surat An Nisa: 80)
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang menaatiku, maka ia masuk surga dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku sungguh ia enggan (masuk surga).” (Shahih al-Bukhari, Kitab Bad’i al I’tisham bi al Kitabi wa as Sunnah, no. 7280, 9/92)
Demikianlah sejumlah dalil dan penjelasan tentang keseriusan Rasulullah ﷺ dalam mentarbiyah sahabat dengan memberi motivasi agar tekun dan bersungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah. Karenanya para murabbi dituntut mengambil peran untuk menanamkan kesadaran, memberikan contoh, membiasakan hingga mengontrol mutarabbinya agar tekun menunanaikan ibadah. [ ]