Perkembangan Psikologi Remaja 17 – 19 Tahun,Ini Yang Perlu Ayah Bunda Pahami

0
200
ilustrasi foto: freepik

PARENTINGISLAM.ID – – Apabila dibandingkan dengan perkembangan anak usia 10 tahun, Ayah Bunda bisa melihat ada perbedaan di perkembangan remaja fase middle ini.

Secara umum, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi remaja terlihat karena mereka mulai membangun identitas diri.

Tidak hanya itu saja, di rentang usia ini remaja juga mulai memperlihatkan kemandirian agar tidak terus bergantung pada orangtua.

Berikut beberapa perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 14 hingga 17 tahun.

  • Memperlihatkan kemandirian pada orangtua.

  • Menghabiskan waktu yang lebih sedikit dengan orangtua.

  • Mulai menunjukkan ketertarikan pada lawan jenis.

  • Mempunyai kepedulian serta perhatian pada keluarga, teman, dan lawan jenis.

  • Perubahan susasana hati yang tidak menentu.

  • Perkembangan emosional

Pada perkembangan anak usia 14 tahun, emosi remaja pun masih tergolong naik turun. Ia masih mempunyai suasana hati yang mudah berubah sehingga ada kalanya orangtua kewalahan dengan hal ini.

Di usia ini Anda juga perlu mulai memberikan edukasi seks karena anak mulai memiliki ketertarikan dengan teman lawan jenisnya.

Selain itu, di usia ini pula anak akan mulai melakukan hal-hal yang berisiko, sehingga Anda wajib mengajaknya berdiskusi mengenai hal-hal baru yang diketahuinya.

Sampaikan apa akibat dari berbagai hal yang sudah atau hendak dilakukannya. Seiring bertambahnya usia, perkembangan psikologi atau emosi remaja juga mulai memperlihatkan kepedulian.

Simpati dan empati mulai terpupuk walau ada kalanya ia mempunyai sudut pandang berbeda.

Perhatikan apabila ia memperlihatkan perubahan perilaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan sehari-hari. Bukan tidak mungkin apabila dalam perkembangan psikologi atau emosi remaja ia mengalami beberapa gangguan.

Beberapa masalah ini misalnya gangguan tidur, gangguan citra tubuh, krisis kepercayaan diri, sehingga berujung terjadinya depresi pada remaja. Walaupun waktu Anda dengan anak menjadi lebih sedikit, tetap bangun komunikasi sehingga ia tidak merasa kehilangan arah.

Perkembangan Sosial

Sudah disinggung sedikit di atas kalau pada fase ini anak mempunyai ikatan tersendiri dengan teman sebaya atau bahkan teman terdekatnya. Ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan terutama ketika ia mempunyai kesukaan yang sama. Tidak hanya itu saja, bukan hal aneh apabila remaja lebih nyaman membicarakan masalah pada teman terdekatnya terlebih dahulu.

Hal ini pun berlanjut sampai di perkembangan anak usia 17 tahun karena ia tetap menjaga hubungan baik dengan sahabat. Mungkin, hubungan orangtua dengan anak akan bergeser karena ini.

Namun, ada baiknya Ayah Bunda tetap menjaga komunikasi agar hubungan tetap terjaga sehingga anak akan tetap mencari orangtua ketika sangat dibutuhkan.

Perkembangan Psikologi Remaja Usia 18 Tahun

Pada usia ini, perkembangan remaja sudah mencapai fase terakhir, yaitu late. Biasanya, sifat impulsif yang mereka punya menjadi lebih terkendali dibandingkan dengan usia sebelumnya.

Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia ini sudah lebih memikirkan risiko yang akan terjadi nantinya.

Berikut beberapa perkembangan psikologi remaja usia 18 tahun, di antaranya:

  • Semakin membuka diri untuk memperluas pertemanan.

  • Sudah memikirkan masa depan dan tujuan hidup.

  • Mandiri dan membuat keputusan untuk diri sendiri.

  • Mulai tertarik dan serius dalam hubungan lawan jenis.

  • Perkembangan emosional

Sebagai orangtua, Ayah Bunda perlu memahami apabila setiap anak mempunyai tahapan perkembangannya masing-masing. Begitu juga dengan perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 18 tahun ini.

Ada kemungkinan ia mulai sadar dan mengerti apa yang diinginkan. Apalagi, emosinya sudah berangsur-angsur menjadi lebih stabil. Maka dari itu ia semakin yakin untuk mempertahankan kemandirian sekaligus mencoba dunia baru yang sudah lama diinginkan.

Perkembangan Sosial

Kalau di tahapan usia sebelumnya para remaja lebih suka menghabiskan waktu bersama teman terdekat juga pacar, kini secara tidak sadar sudah mulai nyaman dengan orangtua.

Hal ini karena keterbukaan untuk menerima pendapat serta berkompromi dengan orang disekitar. Tidak hanya itu saja, Anda juga sudah seharusnya mempersiapkan diri karena ada kemungkinan remaja mempunyai hubungan yang lebih serius dengan pacar. Maka dari itu, penting untuk membangun komunikasi serta memberikan pendidikan seksual sejak dini.

Penyebab Remaja Mulai Memberontak

Pertengkaran orangtua dengan anak bisa berujung pada keinginan kabur dari rumah karena ia sedang berada dalam fase pemberontakan. Ini juga hal yang bisa terjadi pada perkembangan psikologi atau emosi remaja di usia 18 tahun atau bahkan lebih muda.

Ada kalanya ia percaya sudah tak ada lagi pemecahan masalah yang bisa dicapai selain memberontak atau melakukan kenakalan remaja. Beberapa penyebab yang membuat perkembangan emosi remaja jadi memberontak, seperti:

  1. Merasa Tidak Aman Di Rumah

Anak bisa saja merasa bahwa situasi di rumah benar-benar menakutkan sehingga mengakibatkan perkembangan psikologisnya terganggu. Hal ini bisa terjadi jika ia menjadi korban kekerasan anak, baik itu kekerasan verbal, fisik, psikologis, atau seksual.

 

  1. Masalah Di Sekolah Atau Lingkungan Pergaulan

Bila terjadi bullying pada remaja di sekolah tapi tidak ada sosok yang bisa membantunya, anak mungkin memilih untuk kabur. Dengan begitu, anak bisa membolos tanpa harus dipaksa ke sekolah oleh orangtua.

Hal lain yang mengakibatkan psikologis remaja terganggu adalah ketika terlibat masalah tertentu tapi ia tidak berani menganggung akibat atau hukumannya. Maka, ia pun memilih untuk memberontak seperti lari dari rumah daripada harus menerima konsekuensi.

  1. Merasa Tidak Dihargai

Salah satu kasus pemberontakan yang bisa mengganggu psikologi atau emosi remaja adalah anak merasa cemburu dengan kakak atau adiknya. Ia merasa kurang dihargai dan berpikiran bahwa orangtua lebih menyayangi kakak atau adiknya.

Selain itu, anak bisa merasa tidak dihargai karena orangtua memberikan hukuman yang sangat berat atas kesalahannya. Dalam kasus lainnya, anak yang merasa tidak mendapat cukup perhatian dari orangtua juga mungkin “menguji” kasih sayang orangtua dengan cara memberontak.

  1. Tidak Bijak Menggunakan Media Sosial

Media sosial adalah tempat bagi sebagian besar remaja untuk mengekspresikan diri mereka, lewat kata-kata maupun foto. Di antara semua jenis media sosial, instagram cukup mendapat banyak perhatian bagi anak remaja.

Melalui instagram, ia bisa mengunggah hasil jepretan foto terbaiknya dan mendapat feedback, berupa like atau komentar.

Namun, tidak semua mendapatkan efek positif sehingga memengaruhi perkembangan psikologi atau emosi remaja. Ada juga yang sampai terobsesi dengan hasil selfie sehingga berdampak buruk bagi kesehatan mental remaja.

Tips Menghadapi Kondisi Emosi Remaja Yang Tidak Menentu

Kesabaran setiap orang memang ada batasnya. Namun, sebagai orangtua Anda merupakan peran penting dalam kehidupan anak termasuk pada perkembangan psikologi atau emosi remaja.

Maka dari itu, tidak ada salahnya untuk melakukan hal-hal di bawah ini untuk membangun hubungan emosional orangtua dengan anak, seperti:

  1. Menjaga Komunikasi Dengan Anak

Walaupun tidak semua, tetapi ada sebagian remaja yang cenderung acuh tak acuh terhadap orangtua. Kadang anak merasa sudah cukup besar sehingga memperlihatkan sikap seperti tidak membutuhkan peran Anda.

Namun, tetap jaga komunikasi dengan cara apapun. Misalnya, menanyakan apa saja yang ia lakukan dan bagaimana perasaannya di hari itu.

Lalu, Anda juga bisa meluangkan waktu melakukan hal yang menyenangkan misal menonton film bersama. Dengan begitu, lama-lama ia tahu dan berpikir bahwa secuek apa pun ia, orangtuanya tetap peduli padanya.

Menjaga komunikasi dengan anak juga penting dilakukan untuk mencegah terjadinya depresi pada remaja. Anak jadi memiliki orang yang selalu bisa diajak berkeluh kesah soal apa pun yang dialaminya.

  1. Saling Menghargai Pendapat

Di masa remaja, ada kalanya ia memiliki pandangan yang berbeda dengan Anda. Jangan langsung menarik urat, pasalnya semakin dewasa anak Anda, pemikirannya pun akan semakin berkembang

Ketimbang berdebat kusir, coba diskusikan dan cari solusi yang menguntungkan di kedua belah pihak. Coba dengarkan pandangan anak, begitu pun anak akan mendengarkan apa yang Anda pikirkan.

Saling mendengarkan dan menghargai pendapat akan membuat ikatan anak dan orangtua menjadi semakin erat.

 

  1. Melibatkan Anak Dalam Membuat Peraturan

Saat hendak membuat peraturan tertentu di rumah, libatkan anak dalam diskusi. Hal ini dimaksudkan agar anak bisa bertanggung jawab dan menaati kesepakatan yang telah dibuat.

Berikan anak pemahaman bahwa peraturan yang adil dibuat agar ia juga mempunyai kendali pada diri sendiri sekaligus belajar bertanggung jawab. [ ]

5

Redaksi: admin

978