Rumah tangga bukan hanya berbicara soal hak dan kewajiban, tapi juga tentang berlomba-lomba dalam kebaikan serta bersinergi dalam ibadah
Oleh : Miftahussa’adah*
PARENTINGISLAM.ID – – Setelah menikah dan melalui beberapa tahun pernikahan, banyak pasangan yang stress, akibat kenyataan tidak sesuai ekspektasi. Fakta tak seindah harapan cinta. Semua buyar seketika tersadarkan oleh kenyataan kerasnya hidup yang harus dilalui, banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi dan besarnya kewajiban yang harus ditunaikan. Banyak yang bertanya, mengapa pasangannya berubah, tidak seromantis ditahun-tahun awal pernikahan?
Awal pernikahan adalah waktu yang dipenuhi dengan rasa cinta dan kerinduan yang menggelora. Dari situlah hadir mimpi-mimpi indah. Setiap pasangan berusaha semaksimal mungkin menampakkan penampilan yang dihias sedemikian rupa, untuk menarik hati pasangannya. Ia ingin terlihat sesempurna mungkin. Hal ini berbeda setelah memasuki kehidupan rumah tangga di tahun kedua, ketiga, dan seterusnya. Mengapa? karena keduanya mulai dibenturkan pada realita yang sangat jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya.
Ada suami yang kecewa, karena istrinya tidak seperti yang ada dalam idealisme mereka, yang didapat dari buku-buku yang mereka baca. Banyak suami yang kecewa ketika mendapati istri tidak pandai memasak dan melayani tamu seperti ibunya, atau suami yang merasa istrinya tidak secantik teman-teman wanitanya di kantor yang selalu modis dan wangi. Hingga kekecewaan ketika mendapati istrinya tidak pandai dan tidak bisa berkarier seperti istri teman-teman mereka.
Sebaliknya, banyak istri yang kecewa mendapati suami tidak seperti salafusshalihin dalam hal ketakwaan, wara, ilmu dan kemuliaan. Atau bahkan tidak bisa menjadi imam yang baik bagi anak-istrinya. Lebih tragis bahwa kenyataannya, wanita pun harus turut ikut menjadi tulang punggung untuk membantu perekonomian keluarga.
Walhasil, banyak pasutri hidup sengsara, jauh dari kebahagiaan, karena mereka memimpikan sesuatu yang jauh lebih banyak dari kenyataan. Adanya jurang pemisah antara harapan dan kenyataan itulah yang membuat suami atau istri frustasi.
Munculnya permasalahan dalam keluarga adalah perkara yang alami, lebih-lebih pada permulaan kehidupan rumah tangga. Sebab, setiap pasangan suami istri berbeda satu sama lain dalam pendidikan, wawasan, keinginan, watak dan cita-cita. Pada prinsipnya semua permasalahan ini akan berangsur-angsur hilang seiring berjalannya waktu, dan ketika setiap pasangan mulai bisa memahami kepribadian pasangannya.
”هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ”
“Istri-istri adalah pakaian untuk kalian. Demikian pula kalian merupakan pakaian untuk mereka”. (Al-Baqarah (2): 187.
Apakah fungsi pakaian? Yaitu melindungi, memperindah dan menutup aurat/aib. Maka simple saja, sebagai suami-istri kita harus melakukan fungsi-fungsi itu.
Laki-laki dan perempuan itu berbeda, tapi disanalah letak uniknya. Perbedaan itu yang membuat setiap pasangan saling melengkapi dan bisa memperkuat cinta kasih mereka. Suami-Istri hanya perlu belajar saling memahami, saling mendahulukan, dan saling memberi yang terbaik. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk belajar menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut, seperti dikutip dari hidayatullah.com berikut ini diantaranya:
1.Perhatikan Komunikasinya
Duduklah bersama dan coba tunjukkan masalah yang sebenarnya. Mulailah dari diri sendiri, bukan mengeluhkan pasangan. Bisa mulai dengan menyatakan ketidaknyamanan ketika ia menghabiskan waktu bersama gadgetnya sepulang kerja. Pahamkan bahwa Anda juga butuh teman bicara dan berbagi. Jangan mengatakan dia egois, atau mementingkan diri sendiri serta tidak peka terhadap perasaan anda.
Bicarakan tentang diri sendiri, dan cobalah untuk tidak menuduh. Bicaralah dengan perasaan dan fakta saja, jangan memberikan pendapat atau berasumsi. Hal ini akan membuat pasangan lebih wellcome dalam berkomunikasi dan merasa nyaman ketimbang langsung menghujatnya dengan berbagai tuduhan.
2.Fokus pada Kebaikannya.
Jika pasangan tidak romantis dalam berkata-kata, fikirkan bagaimana dia rela menjaga bayi saat Anda tertidur kelelahan tanpa membangunkan sedikit pun. Jika pasangan tidak suka merayakan momen-momen penting berdua, fikirkan betapa dia tidak pernah lupa setiap hari membawakan apa yang Anda pesan, atau bahkan tanpa canggung mau membantu pekerjaan rumah tangga. Membantu mengenakan helm saat bepergian karena Anda menggendong bayi, atau sekadar mengingatkan kunci pintu agar Anda dan anak-anaknya tetap aman ketika ia tidak di rumah. Cari sebanyak mungkin kelebihan pasangan, hingga tak ada celah untuk mengeluh.
3.Hargai Pasangan
Sering kali ketika para wanita atau lelaki berkumpul, mereka berbagi kekhawatiran atau frustasi pribadi terkait pernikahannya. Ketika itu terjadi, apakah kita menawarkan dorongan dan solusi untuk memperkuat pernikahan atau malah menjadi bagian dari masalah? Jika ini terjadi, maka kita menjadi komunitas yang telah merusak fungsi pakaian bagi pasangan sebagaimana ayat yang disebutkan di atas.
Salah satu kebutuhan pasangan yang paling mendasar adalah penghargaan dan perlindungan. Mengkritik suami atau istri secara terbuka di depan orang lain menunjukkan tidak adanya penghargaan kepada pasangan.
4.Rumput Tetangga
Saat melihat rumput di halaman rumah orang lain lebih hijau, berhentilah memikirkannya. Karena itu bukan gambaran yang utuh. Kita melihat dari kulitnya saja. Tak satupun dari kita yang benar-benar tahu, apa yang terjadi di dalamnya. Setiap rumah tangga punya masalah dan ujiannya masing-masing. Seberapa bahagia kita menjalaninya, bergantung pada seberapa besar sikap qana’ah kita menerima ketentuan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mengubahnya menjadi sebuah nikmat.
5.Upgrade Diri
Tujuan pernikahan adalah agar satu sama lain menjadi cenderung kepada pasangannya, maka lakukan bersama hal-hal yang membuat pasangan senang. Setiap orang harus berusaha mengetahui kecenderungan pasangannya. Hal ini bisa mengimbangi dan tidak menciptakan jurang yang terlalu jauh di antara keduanya. Tak ada salahnya bertanya kepada pasangan apakah dia menyukai tubuh langsing atau yang sedikit berisi? makanan apa yang paling dia sukai? Apa dia orang yang suka berdiskusi tentang berbagai hal? Hal apa saja yang bisa Anda lakukan untuk membantunya menyelesaikan tugas-tugas dan aktualisasi dirinya?
Rumah tangga adalah belajar sepanjang hayat, maka jangan lelah untuk terus belajar menjadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik. Rumah tangga bukan hanya berbicara soal hak dan kewajiban, tapi juga tentang berlomba-lomba dalam kebaikan serta bersinergi dalam ibadah.
Rasa saling membutuhkan untuk sama-sama beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, akan melahirkan kekuatan untuk bersabar dan bersyukur bersama hingga puluhan tahun. Tak hancur rasa itu hanya karena kekurangan, dan tak berkeping hanya karena beberapa kesalahan.
Ia kuat dan kokoh karena rasa untuk mewujudkan visi bersama hingga ke syurga. Visi itu yang menjadikan mereka beribadah hingga mereka dijaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala, sebagaimana mereka menjaga Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam kehidupan mereka. [ ]
*penulis adalah ibu rumah tangga