PARENTINGISLAM.ID – – Bagi seorang Muslim, adab adalah bagian terpenting dalam pendidikan. Saking pentingnya sebagian ulama berpendapat bahwa adab sebelum ilmu. Arti pembelajaran adab harus didahulukan sebelum pembelajaran ilmu diberikan kepada anak. Lalu, bagaimana agar hal yang satu ini tidak sampai hilang?
Ditanamkan, Bukan Cuma Disampaikan
Menurut Dr. Muhammad Ardiansyah, Mudir Pesantren at-Taqwa Depok (Jabar), adab tidak hanya berkaitan dengan tata krama dan etika pada sesama.
“Para ulama mengatakan bahwa adab itu lafdun qalil wa ma’nan jalil, yakni kata-kata yang singkat namun padat,” ujarnya.
“Ada adab kepada Allah, adab kepada Rasul, adab kepada orangtua, lingkungan, ilmu, bahasa, dan sebagainya. Adab itu mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Makanya ada adab bangun tidur, adab di rumah, adab ke masjid, adab minum dan sebagainya. Jadi, pendidikan adab adalah mendidik manusia menjadi baik setiap saat.”
Menurut Ardiansyah, jika anak tidak dibekali dengan adab dan langsung menerima pengajaran lain, maka mereka akan menyikapi pembelajaran tanpa adab, dan hal itu menjadikan pembelajaran seringkali gagal. Oleh karena itu, penting untuk mengenalkan adab kepada anak sebelum pembelajaran formal.
Ditegaskan oleh penulis buku Konsep Adab Syed Muhammad Naquib al-Attas dan Aplikasinya di Perguruan Tinggi ini, adab itu hendaknya tidak sekadar “disampaikan”, namun yang penting adalah “ditanamkan”. Itulah sebabnya yang dibutuhkan tak sekadar pengajaran, tapi juga bimbingan, baik dari orangtua maupun guru.
Pada setiap masa tumbuh kembang dan jenjang pendidikan anak, ada fokus tertentu yang perlu diperhatikan dalam menanamkan adab.
Pertama, masa sebelum baligh atau tingkat SD. Paling penting bagi anak di masa asuhan orangtua ini adalah keteladanan. “Karena anak belajar dengan melihat sekitarnya,” ujar Ardiansyah.
Mengutip Kitab Asbabun Nubukh ‘inda as-Salaf karya Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah, pada masa Nabi SAW tidak ada buku pendidikan maupun workshop parenting. Tetapi mengapa generasi salaf memiliki adab yang luar biasa dan gemilang?
Jawabannya, menurut Syaih Abdul Fattah, adanya keteladanan. Ada Nabi yang menjadi uswah hasanah, dan para orangtua pada saat itu berlomba-lomba untuk meneladani Nabi.
“Hal ini menjadi tantangan bagi kita saat ini. Buku dan workshop parenting telah tersebar di mana-mana, tetapi mungkin pengamalannya masih kurang sehingga anak tidak mendapat keteladanan.”
Kedua, anak di tingkat SMP, perlu ditanamkan pendewasaan. Mereka bukanlah anak kecil lagi, sudah dilatih untuk mandiri, dewasa dalam bersikap, dan dewasa dalam berpikir.
Ketiga, anak tingkat SMA. Perlu ditanamkan aspek kemandirian, bahkan terkait finansial. Hal ini untuk mengajarkan bagaimana mereka bertanggungjawab terhadap harta.
Keempat, tingkat perguruan tinggi. Anak diarahkan untuk memiliki keunggulan dalam bidang pemikiran dan peradaban, agar mereka dapat menyampaikan pandangan sesuai dengan cara pandang Islam. Tujuannya agar mereka mampu bertahan menghadapi berbagai tantangan zaman. [ ]