PARENTINGISLAM.ID – – Indonesia masih berduka usai tragedi Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur, Bunda. Terhitung Senin (3/10/2022), sebanyak 488 orang dikabarkan menjadi korban. Dari 448 korban, sebanyak 302 orang diantaranya mengalami luka ringan, 21 orang luka berat, dan 125 orang meninggal dunia.
Sebelumnya, tragedi bermula usai tim sepakbola Arema FC kalah usai melawan Persebaya, Bunda. Para suporter yang tak terima hal ini pun protes dan memasuki lapangan.
Tak hanya suporter laki-laki dewasa, ada banyak perempuan dan anak-anak yang menjadi korban. Ada sekitar 33 anak yang meninggal dalam tragedi ini dengan rentang usia 2 hingga 17 tahun.
Hal ini diungkapkan langsung oleh Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian PPPA, Nahar. Ia mengatakan 33 anak yang meninggal 25 di antaranya adalah laki-laki dan delapan di antaranya adalah perempuan.
“Tiga puluh tiga anak meninggal dunia, (terdiri atas) 8 anak perempuan dan 25 anak laki-laki, dengan usia antara 2 tahun sampai 17 tahun,” katanya, seperti dilansir Antara, Senin (3/10/2022)
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang drg Wiyanto Wijoyo, tak hanya laki-laki dewasa yang menjadi korban kerusuhan ini. Ada pula perempuan hingga anak-anak.
“Anak-anak ada. Satu keluarga ada. Mereka asal Blitar,” kata Wiyanto mengutip laman detikJatim.
Mengetahui banyaknya anak-anak yang turut menjadi korban, dr. K.S. Denta, M.Sc, Sp.A, pun mengungkapkan pendapatnya, Bunda. Pada laman Twitter-nya, dokter spesialis anak mengatakan orang tua tidak boleh membawa anak-anak di bawah usia lima tahun untuk menonton pertandingan bola secara langsung.
“Jangan bawa anak nonton bola langsung di stadion, jika usia anak masih di bawah lima tahun, apalagi bayi,” papar dr. Denta dikutip dari akun @sdenta, Senin (3/10/2022).
Bukan tanpa alasan, dr. Denta mengatakan bahwa suara riuh di stadion tempat menonton pertandingan bisa memberikan dampak negatif. “Suara riuhnya pertandingan langsung bisa merusak pendengaran bayi,” sambungnya.
Sebelum membawa Si Kecil pergi ke pertandingan bola, ada beberapa hal yang perlu orang tua ketahui. Misalnya saja memahami layout stadion hingga mengetahui titik kumpul.
“Sebelum membawa anak, pastikan orang tua sudah familiar terlebih dahulu dengan lay-out stadion, akses masuk-keluar, flow penonton, flow evakuasi, titik kumpul, dan lain-lain,” jelas dr. Denta.
Lebih lanjut, dr. Denta menyarankan agar Bunda membekali anak dengan sebuah gelang nama yang berisi kontak Bunda atau siapapun yang bisa dihubungi. Hal ini adalah salah satu cara untuk mengantisipasi jika Si Kecil terlepas dari pandangan Bunda.
Tak hanya itu, dr. Denta tidak merekomendasikan anak menyaksikan pertandingan di malam hari. Apa alasannya? Simak penjelasannya di laman berikutnya yuk, Bunda. [ ]