Berapa Kali Hubungan Suami Istri Yang Ideal Dalam Seminggu ? Ini Penjelasan Medis dan Ajaran Islam

0
472
Suami istri bermesraan ( ilustrasi foto: istimewa)

PARENTINGISLAM.ID – – Berapa kali waktu ideal berhubungan intim dalam seminggu sering kali menjadi pertanyaan banyak pasangan suami istri. Terkadang muncul juga pertanyaan apakah jumlah yang dilakukan sudah tergolong normal dan sehat sama seperti pasangan lain. Namun, sebenarnya jumlah ideal setiap pasangan bisa berbeda, karena tergantung dengan kepuasan setiap pasangan.

 

Ada banyak faktor yang mempengaruhi seberapa sering idealnya berhubungan intim. Pertanyaan tentang frekuensi seksual biasanya muncul ketika salah satu pasangan kurang puas dengan jumlah seks yang mereka lakukan.

 

Nah, lalu berapa kali sih idealnya hubungan intim dalam satu minggu? Seperti dikutip dari halodoc.com berikut ini penjelasannya

 

Berhubungan Intim Setiap Hari, Sehat atau Tidak?

Hubungan intim tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, tapi juga membangun hubungan emosional antara kedua pasangan dalam hubungan pernikahan. Faktor hubungan emosional lebih penting bagi wanita dibandingkan dengan pria.

 

Seks memang memiliki banyak manfaat, tapi itu bukan berarti harus dilakukan setiap hari dan wajib. Tidak apa-apa jika suami istri ingin membatasi berapa kali berhubungan intim dalam seminggu. Hal ini karena tidak selalu terjadi bahwa kedua pasangan ingin berhubungan intim pada saat yang sama atau sesering pasangan lain.

 

Terlebih lagi, kesediaan kedua pasanganlah yang membuat hubungan intim lebih memuaskan, menyenangkan, dan menyehatkan. Memaksa seseorang untuk berhubungan intim tentu dianggap sebagai pemaksaan seksual dan tidak dianjurkan.

 

Perlu dipahami juga bagi setiap pasangan menikah, bahwa hubungan intim sebaiknya tidak dilakukan ketika:

 

  • Pasangan tidak ingin berhubungan intim (karena kelelahan atau sakit).
  • Seks menjadi gangguan besar dalam pekerjaan dan kehidupan.
  • Terlalu sering berhubungan intim membuat pasangan melupakan tanggung jawab rumah tangga atau pekerjaan.
  • Hubungan intim yang berlebihan menyebabkan peradangan atau iritasi pada organ vital.

Maka itu, suami istri harus selalu merasa terbuka untuk berbicara tentang kebutuhan saat ini. Sehingga kamu dan pasangan dapat memutuskan satu hal, berhubungan intim atau tidak. Terserah masing-masing pasangan untuk menetapkan jumlah ideal dan menerimanya sebagai komitmen. Inilah yang paling penting ketika mempertimbangkan kepuasan seksual.

 

Perlu dipahami juga, berhubungan intim bukan tentang jumlahnya, tapi pengalaman setiap pasangan dalam setiap berhubungan. Bagaimanapun, berhubungan intim bukanlah satu-satunya cara untuk mendapatkan keintiman fisik sebagai pasangan menikah. Terkadang, tindakan intim lainnya (berciuman atau berpelukan) juga sama baiknya.

 

Cara Meningkatkan Kehidupan Seksual Suami Istri

Bagi pasangan menikah yang kehidupan seksnya menantang, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan. Pertama, menilai hubungan kamu dan pasangan di luar kamar tidur. Apakah ada keintiman? Karena keintiman fisik dan emosional sangat penting untuk hubungan menikah. Apa pun love language atau “bahasa cinta” kamu dan pasangan, maka peliharalah itu.

 

Namun, jika satu-satunya bahasa cinta kamu adalah seks, maka kamu perlu mengusahakannya. Misalnya dengan menjadwalkan hubungan intim, mengubah tempat, hingga pergi berlibur hanya berdua.

 

Hal yang paling penting adalah mengomunikasi, membuat kesepakatan, dan menghormati kesepakatan yang sudah dibuat bersama. Kedua pasangan perlu merasa didengar dan puas dalam pernikahan dan hubungan seksual.

 

Jika adanya masalah kesehatan yang menjadi kendala kehidupan seks, maka sebaiknya segera periksakan ke dokter

 

Panduan Dalam Ajaran Islam

Berapa frekuensi berhubungan intim suami-istri menurut syariat ternyata sangat ingin diketahui kaum Muslimin. Hal ini bertujuan untuk menjaga keharmonisan dalam rumah tangga serta mencegah kemudaratan. Kiai Haji Yahya Zainul Ma’arif atau akrab disapa Buya Yahya pun memberikan penjelasan.

 

Ia mengatakan ada beberapa pendapat ulama terkait jarak hari yang baik untuk berhubungan intim suami istri agar tetap harmonis. “Ibnu Hazm mengatakan 1 bulan, kalau 1 bulan sudah. Imam Al Ghazali mengimbau 4 hari sekali, paling akhir adalah 4 bulan,” jelas Buya Yahya, seperti dikutip dari kanal YouTube Al Bahjah TV, Kamis (16/12/2021).

 

 

Sementara itu dikutip dari laman Rumaysho, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal MSc menjelaskan, jika suami bepergian karena tujuan yang disyariatkan atau ada alasan lainnya yang dibolehkan, maka hendaklah tidak terlalu lama meninggalkan istri.

 

Apabila kepergian suami demi kemaslahatan kaum Muslimin seperti jihad di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala atau menjaga garis perbatasan, maka hendaklah tidak meninggalkan istrinya terlalu lama, tidak lebih dari 4 bulan.

 

Bisa dilihat ketika masa pemerintahan Umar bin Al Khattab radhiyallahu ‘anhu. Ia memberikan waktu bagi para pasukannya untuk pergi meninggalkan keluarganya (istrinya) tidak lebih dari 4 bulan. Kalau ternyata sudah mencapai 4 bulan, maka pasukan tersebut siap diganti dengan yang lain. (Fatwa Al Islam Sual wal Jawab Nomor 1078 oleh Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid)

 

 

Sebagaimana dikatakan Ibnu Qudamah dalam kitab Al Mughni (7: 30):

 

والوطء واجب على الرجل أي الزوج بأن يجامع زوجته إذا لم يكن له عذر ، وبه قال مالك

 

“Hubungan intim wajib dilakukan oleh suami, yaitu ia punya kewajiban menyetubuhi istrinya selama tidak ada udzur.” Demikian dikatakan oleh Imam Malik.

 

 

Ada pula hadis dari riwayat ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash. Ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menasihatinya:

 

« يَا عَبْدَ اللَّهِ أَلَمْ أُخْبَرْ أَنَّكَ تَصُومُ النَّهَارَ وَتَقُومُ اللَّيْلَ » . فَقُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ . قَالَ « فَلاَ تَفْعَلْ ، صُمْ وَأَفْطِرْ ، وَقُمْ وَنَمْ ، فَإِنَّ لِجَسَدِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَإِنَّ لِعَيْنِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَإِنَّ لِزَوْجِكَ عَلَيْكَ حَقًّا ، وَإِنَّ لِزَوْرِكَ عَلَيْكَ حَقًّا

 

Wahai Abdullah, benarkah aku dapat kabar darimu bahwa engkau terus-terusan puasa dan juga sholat malam?” Abdullah bin Amr bin Al Ash menjawab, “Iya betul wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Jangan lakukan seperti itu. Engkau boleh berpuasa, namun ada waktu tidak berpuasa. Engkau boleh sholat malam, namun ada waktu untuk istirahat tidur. Ingat, badanmu punya hak, matamu punya hak, istrimu juga punya hak yang mesti engkau tunaikan. Begitu pula tenggorokanmu pun memiliki hak.” (HR Bukhari Nomor 1975)

 

5

Redaksi: admin

830

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini