Benarkah Anak yang Kena COVID-19 Bisa Jadi Stunting? Ini Penjelasan Dokter

0
318
ilustrasi foto: tribunnews
PARENTINGISLAM.ID – – COVID-19 pada anak masih menjadi perhatian. Seperti orang dewasa, anak juga bisa tertular virus COVID-19 dan mengalami gejala ringan hingga berat.
Saat anak terkena COVID-19, kondisi tubuhnya bisa menurun. Banyak orang tua khawatir kondisi ini bisa memengaruhi tumbuh kembang buah hati.
Anak yang sedang sakit juga biasanya enggak nafsu makan. Tak heran bila para orang tua juga takut anaknya mengalami masalah gizi, seperti stunting.
Lalu apakah nafsu makan yang menurun ini bisa memengaruhi tumbuh kembang anak ya, Bunda. Benarkan anak yang kena COVID-19 bisa menjadi stunting?
Dokter Spesialis Anak Pakar Tumbuh Kembang, Prof. DR. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), mengatakan bahwa COVID-19 merupakan infeksi akut. Virus ini sama seperti virus influenza, namun memiliki varian yang berbeda.
Virus ini tidak menyebabkan stunting pada anak karena sifatnya infeksi akut. Anak yang terkena COVID-19 biasanya akan mengalami perbaikan nafsu makan bila sudah kembali sehat, Bunda.
“Covid itu penyakit infeksi akut. Sebenarnya virus Covid seperti virus influenza lainnya, tapi ini varian virus Covid. Jadi, sifatnya akut,” kata Rini.
“Kalau sudah baik harusnya ada perbaikan nafsu makan ya, anaknya kembali seperti anak yang mengalami flu. Jadi pasti tidak menyebabkan stunting,” sambungnya.
Meski tak menyebabkan stunting, Bunda tetap perlu memenuhi asupan nutrisi anak saat sakit ya. Stunting dapat terjadi karena masalah gizi.
Rini menjelaskan bahwa stunting dapat juga disebut kerdil atau pendek. Tetapi, tidak semua pendek itu stunting, Bunda.
“Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan, dalam hal ini parameternya adalah tinggi badan, terutama di bawah 2 tahun, yang disebabkan oleh masalah gizi yang sifatnya jangka panjang atau kronis,” kata Rini.
Stunting tak hanya berdampak pada pertumbuhan tinggi badan anak, tapi juga perkembangan otaknya lho. Dalam jangka panjang, stunting bisa menimbulkan risiko pada kesehatan nak. Seperti apa penjelasannya?
Penelitian tahun 2020 di Babakan Madang, Jawa Barat, menunjukkan bahwa 40,5 persen anak usia 6-59 bulan di sana mengalami stunting. Faktor yang berkaitan dengan stunting ini adalah karena anak tidak mendapatkan ASI eksklusif dan pemberian MPASI yang tidak adekuat, Bunda.
Menurut Rini, anak yang stunting pasti pernah mengalami masalah dalam pemberian asupan nutrisinya. Selain itu, anak juga mengalami infeksi berulang.
“Anak yang mengalami stunting pernah mengalami masalah asupan nutrisi secara kronis, disertai infeksi berulang. Infeksinya tidak berat, tapi sering. Salah satu infeksi terbanyak penyebabnya adalah masalah di gastrointestinal,” ujar Rini.
Asupan nutrisi yang kurang juga bisa disebabkan masalah psikososial, termasuk kurangnya stimulasi. Untuk mengetahui anak stunting atau tidak, Bunda perlu menggunakan parameter pertumbuhan, yakni pemeriksaan berat badan terhadap umur dan tinggi badan terhadap umur.
Dampak jangka panjang stunting
Stunting bisa berdampak jangka panjang pada kehidupan anak. Berikut 4 dampaknya:
  • Memperlambat perkembangan otak, keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar atau kognitif.
  • Fungsi-fungsi tubuh menjadi tidak seimbang.
  • Postur tubuh tidak maksimal saat dewasa.
  • Saat dewasa, anak berisiko terkena penyakit berhubungan dengan pola makan, seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas. [ ]
Sumber: haibunda.com
5
Redaksi: admin
830