Frekuensi Hubungan Suami Istri, Begini Panduannya Menurut Islam dan Kesehatan

0
456
Ranjang tidur ( ilustrasi foto: freepik)
PARENTINGISLAM.ID – – Dalam sebuah forum tanya jawab online tentang hubungan suami istri ada yang curhat bahwa ketika masih pengantin baru, mereka seringkali melakukan hubungan seks atau suami istri setiap hari.  Bahkan ketika dalam suasana berbulan madu dan menginap di hotel, mereka biasa melakukan making love (ML) atau hubungan intim rata-rata empat kali sehari.

 

Kemudian porsinya berkurang dengan sendirinya, dan kemudian biasa melakukan hubungan seks ratarata 2-3 kali seminggu. Setelah anak pertama dan kedua lahir, hubungan seksnya makin jarang. Apalagi setelah suaminya naik jabatan, dan semakin sibuk, porsi hubungan seksnya rata-rata hanya seminggu sekali, bahkan pernah sampai dua minggu dan tiga minggu sekali.
Pertanyaannya adalah berapa kali idealnya suami istri melakukan hubungan intim baik dalam seminggu atau sebulan?. Untuk membahasnya kita bisa merujuk pada kaidah atau tinjauan secara kesehatan ( kedokteran modern) dan kaidah secara agama Islam.

Tinjauan Menurut Kesehatan

Secara kesehatan atau menurut ahli sekslogi modern memang tidak ada yang baku harus berapa kali. Namun frekuensi hubungan seks yang ideal adalah 1-4 kali per minggu, yang biasanya menurun sesuai dengan bertambah lamanya usia perkawinan dan proses penuaan pada pasangan suami istri.

 

Stres fisik dan stres psikis (misalnya kelelahan) dapat menurunkan frekuensi hubungan seks pasangan suami isteri, apalagi jika hubungan seks tersebut dilakukan secara monoton, tanpa teknik dan variasi-variasi yang baru. Di samping itu, perubahan postur tubuh akibat kegemukan, melahirkan juga dapat mengurangi gairah suami untuk melakukan hubungan seks.
Frekueensi hubungan seks — satu minggu sekali — masih normal untuk seusia 30 tahun hingga 40 tahun. Jika menginginkan lebih, cobalah meminta pada suami dengan cara-cara dan teknik komunikasi yang baik. Yakin suami pasti akan memenuhinya, selama ia tidak mengalami disfungsi atau mengalami gangguan seksualnya.

 

Untuk mengatasi kebosanan dapat dicoba berhubungan seks di tempat-tempat yang romantis (hotel, misalnya), sekaligus merayakan bulan madu ke-2, ke-3 dan seterusnya. Untuk lebih menggairahkan hubungan suami isteri tadi, cobalah teknik, variasi baru sehingga seks merupakan rekreasi yang menyenangkan.

 

Tinjauan Menurut Hukum Islam

Masalah ini secara tegas tidak tertulis baik dalam Al Qur’an maupun Hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam.  Namun, biasanya pada masa pengantin baru/bulan madu, hubungan seks bisa melebihi dosis minum obat yang 3 X 1. Itu bagi mereka yang libidonya memang tinggi. Namun, ada juga pengantin baru yang hanya melakukan hubungan seks seminggu tiga kali, atau malah satu kali.

 

Ada kisah yang menarik dimana dalam sebuah riwayat, Khalifah Umar bin Khattab menggambarkan betapa menderitanya seorang wanita yang terlalu lama tidak melakukan hubungan suami istri berupa hubungan seksual. Pada salah satu inspeksinya di suatu malam, Khalifah Umar bin Khattab mendengar seorang wanita bersenandung,

 

“Malam Ini Terasa Panjang ,Tanpa teman tempat bercinta, Demi Allah, Kalau bukan karena Allah, yang tiada tuhan selainnya,   Tentu tempat tidur ini telah menggempa. Namun karena rasa takut dan maluku kepada Allah, Aku hormati suamiku, Semoga dia berhasil mencapai maksudnya….”

 

Umar r.a. mendatangi wanita itu dan menanyakan masalah yang dialaminya. Namun, dia menutup-nutupi dan tidak mau berterus terang. Umar sempat mengetahui bahwa suaminya adalah pejuang yang sedang bertugas di medan perang.

 

Umar segera menemui putrinya, Hafsah r.a., dan bertanya, “Berapa lama seorang istri tahan bersabar kalau ditinggal suaminya?” Hafsah malu dan tidak menjawab. Umar berkata lagi, “Hai anakku, jawablah pertanyaanku ini, supaya ayahmu ini dapat lepas dari beban yang berat.” Hafsah r.a. menjawab, “Dua bulan. Kalau sudah tiga bulan dia akan merasa tersiksa, dan dia akan kehilangan keseimbangannya sesudah empat bulan.” Umar lalu mengumpulkan para sahabat, bermusyawarah, dan mengambil keputusan, “Seorang pejuang (mujahid) tidak boleh meninggalkan istrinya lebih dari empat bulan.”

 

Penelitian-penelitian dan penjelasan hadits di atas menunjukkan bahwa seks adalah masalah yang penting. Bukan hanya masalah kaum pria, tetapi juga masalah dan kebutuhan kaum wanita. Begitu pentingnya seks dalam suatu rumah tangga.

 

Setiap pasangan memiliki frekuensi yang berbeda-beda dalam melakukan hubungan seks. Jangan sampai pasangan yang libidonya rendah memaksakan diri untuk ikut-ikutan mereka yang libidonya tinggi; berupaya sekuat tenaga untuk berhubungan seks seperti dosis minum obat, apalagi dengan mengonsumsi berbagai macam suplemen penambah gairah. Yang perlu diperhatikan adalah kualitas hubungan seks tersebut. Adalah percuma memaksakan hubungan seks dengan kuantitas yang banyak, namun  tidak berkualitas, misalnya salah satu pasangan tidak merasakan kepuasan, atau bahkan merasa sakit.

 

Baik kualitas maupun kuantitas hubungan seks sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik dan psikis. Saat baru sembuh dari sakit, terlalu lelah bekerja, atau kekurangan gizi, dapat menyebabkan stamina dan vitalitas menurun sehingga minat terhadap seks (libido) menjadi rendah. Otomatis, frekuensi seks pun menjadi berkurang. Begitu pula bila keadaan psikis sedang labil, misalnya sedang marah atau banyak masalah, frekuensi hubungan seks akan menurun.

 

Pada umumnya, frekuensi hubungan seks akan semakin menurun seiring bertambahnya usia. Menurunnya frekuensi tersebut hendaknya tidak menjadikan masing-masing pasangan menjadi cemas, karena memang merupakan suatu hal yang normal. Harus diingat, kasih sayang antara pasangan tidak selalu ditandai dengan hubungan seks.

 

Suami istri yang sudah melakukan hubungan intim sebaiknya berwudlu dulu sebelum tidur, namun anjuran ini bukan menunjukkan keharusan (wajib) tapi hanya bersifat anjuran (sunah). Artinya kalau berwudlu mendapat pahala dan kalau tidak berwudlu tidak mengakibatkan dosa. Cermati keterangan berikut,

 

Diriwayatkan dari Aisyah r.a., “Sesungguhnya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam apabila akan tidur dalam keadaan junub (selesai melakukan hubungan intim), beliau berwudlu sebelum tidur sebagaimana berwudlu sebelum shalat.” (H.R. Muslim).

 

Begitu pula bila suami istri akan mengulangi hubungan intim (ronde kedua atau ketiga) mereka dianjurkan untuk berwudlu terlebih dahulu. Perhatikan keterangan berikut,

 

Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a., Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam. bersabda, “Siapa yang berhubungan intim dengan istrinya, kemudian ia ingin mengulanginya lagi, berwudlulah satu kali wudlu di anrata yang dua kali itu.” (H.R. Muslim)

 

Riwayat ini menegaskan kalau ingin mengulang hubungan intim, tidak perlu mandi besar dulu, cukup berwudlu saja. Mandi besar fungsinya untuk shalat, bukan untuk mengulangi hubungan intim. Selain berwudlu, dianjurkan pula untuk membasuh dan membersihkan kemaluan. Ini berlaku bagi suami maupun istri. Perhatikan keterangan berikut,

 

Umar Bin Khatab r.a. menceritakan kepada Rasullah Shalallahu ‘alaihi wassalam,”Bahwa tadi malam ia junub. Maka Rasulullah berkata, “Maka berwudlulah dan cucilah kemaluanmu.’’ (H.R. Abu Daud).

 

Hikmah yang dapat diambil dari anjuran berwudu dan membasuh kemaluan sebelum mengulangi hubungan intim adalah agar masing-masing pasangan merasa segar kembali, sehingga lebih semangat dalam melakukan “tugas” berikutnya.

 

Sebaiknya masalah hubungan suami ini dibicarakan serius dengan suami untuk mencari solusi. Hubungan suami istri (intim) memang bukan segala namun tak dipungkuri betapa banyak rumah tangga yang tidak atau kurang harmonis bahkan hingga terjadi perceraian hanya karena masalah hubungan intim ini. [ ]

 

Sumber: beritaislamonline.com dan buku Cinta dan Seks 

5

Redaksi: admin

971

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini