PARENTINGISLAM.ID – – Sekolah dan lingkungan bermain anak seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak. Sayangnya, hingga saat ini bullying atau penindasan masih kerap terjadi dalam kehidupan anak-anak. Baik itu di sekolah, dalam lingkungan pergaulan anak, atau di lingkungan tempat tinggal keluarga Bunda.
Kadang anak yang menjadi korban bullying tidak berani memberi tahu orangtua, entah karena takut semakin ditindas atau karena merasa dirinya pantas diperlakukan secara tidak adil.
Penting bagi Ayah dan Bunda untuk membangun komunikasi yang baik dengan anak sehingga bullying dapat dicegah.
Menurut Steven Pastyrnak, Ph.D., Kepala Divisi Psikologi di Rumah Sakit Anak Helen DeVos di Grand Rapids, MI, orangtua perlu mengajukan pertanyaan dan buatlah anak-anak berbicara secara terbuka tentang situasi sosial mereka.
Ketahui teman mana yang cocok dengan mereka dan mana yang tidak. Selain itu, orangtua harus peka melihat ciri-ciri dari jenis bullying yang bisa saja dialami oleh anak-anak.
Jenis-jenis Bullying
Perlu Bunda ketahui, tidak semua pelaku bully itu sama. Masing-masing memiliki gaya yang berbeda dan menggunakan taktik yang berbeda untuk mengintimidasi dan mengendalikan korbannya.
Beberapa pelaku mungkin akan menggertak sangat licik tentang bagaimana mereka menyerang target mereka, sementara yang lain benar-benar jahat.
Dengan menyadari tidak hanya jenis-jenis bullying yang mungkin dihadapi anak, Moms akan lebih siap untuk membantu anak dalam situasi apa pun. Adapun beberapa jenis bullying yang bisa menimpa anak-anak, yakni:
-
Penindasan Verbal
Anak yang ditindas lewat kata-kata biasanya diberi julukan yang negatif, misalnya “si bodoh”, “si gendut”, “si jelek”, dan sebagainya. Anak juga sudah sering menerima makian atau ejekan yang menyakitkan hati.
Biasanya, pengganggu verbal akan menggunakan penghinaan tanpa henti untuk meremehkan, merendahkan, dan menyakiti orang lain.
Mereka memilih target mereka berdasarkan cara mereka melihat, bertindak, atau berperilaku. Penindas verbal juga biasa menargetkan anak-anak berkebutuhan khusus.
Bullying verbal seringkali sangat sulit untuk diidentifikasi karena serangan hampir selalu terjadi ketika orang dewasa tidak ada. Akibatnya, sering kali perkataan seseorang bertentangan dengan perkataan orang lain.
Selain itu, banyak orang dewasa merasa bahwa hal-hal yang dikatakan anak-anak tidak memengaruhi orang lain secara signifikan. Akibatnya, mereka biasanya menyuruh korban bullying untuk “mengabaikannya”.
Padahal, bullying verbal harus ditanggapi dengan serius. Hal ini karena korban jenis bullying verbal biasanya tidak percaya diri, mudah tersinggung, dan menarik diri dari pergaulan.
Bahkan, penelitian dalam Journal of Adolescent Health menunjukkan bahwa intimidasi verbal dan pemanggilan nama atau julukan tertentu yang bermakna buruk memiliki konsekuensi serius dan dapat meninggalkan bekas luka emosional yang dalam.
-
Penindasan Fisik
Bullying fisik terjadi ketika anak-anak menggunakan tindakan fisik untuk mendapatkan kekuatan dan kendali atas target mereka. Contoh intimidasi fisik termasuk menendang, memukul, meninju, menampar, mendorong, dan serangan fisik lainnya.
Anak mungkin mengalami memar atau luka dengan alasan yang tidak jelas seperti jatuh dari tangga. Namun, kadang bekas-bekas serangan si pelaku tidak tampak. Maka, perhatikan tanda-tanda lain seperti anak tidak mau pakai baju yang agak terbuka atau ketika Moms menyentuh bagian tubuh tertentu, anak meringis kesakitan atau mengaduh.
Biasanya anak yang bertubuh kecil atau fisiknya lemah rentan mengalami penindasan jenis ini.
-
Pengucilan
Meskipun tidak diejek-ejek secara langsung atau disakiti secara fisik, pengucilan masuk dalam jenis bullying. Anak mungkin difitnah atau disudutkan sehingga tak ada yang mau berteman dengannya. Terkadang, pengucilan juga disebut sebagai intimidasi emosional atau agresi relasional.
Pengganggu relasional atau pelaku bullying jenis ini sering mengucilkan orang lain dari suatu kelompok, menyebarkan desas-desus, memanipulasi situasi, dan menghancurkan kepercayaan. Tujuan dari pelaku pengucilan adalah untuk meningkatkan status sosial mereka sendiri dengan mengendalikan atau menindas orang lain.
Perhatikan jika anak lebih senang menyendiri dan sibuk main video game daripada bermain bersama teman-temannya. Anak yang dikucilkan juga cenderung tidak percaya diri dan mudah tersinggung.
-
Cyberbullying
Maraknya penggunaan media sosial dan internet perlu ditanggapi dengan bijak. Pasalnya, penindasan pada anak juga bisa terjadi di dunia maya. Penindasan ini dikenal dengan istilah cyberbullying.
Misalnya, ketika akun media sosial anak dibanjiri komentar negatif yang menyakitkan atau data pribadi seperti foto dan video disebarkan tanpa seizin anak.
Pelaku cyberbullying sering mengatakan hal-hal yang tidak berani mereka katakan secara langsung. Teknologi membuat mereka merasa anonim, terisolasi, dan terlepas dari situasi.
Hingga tak heran, pelakunya mungkin menggunakan nama samaran sehingga tindakannya sangat keterlaluan karena pengganggu dapat melecehkan target mereka dengan risiko tertangkap yang jauh lebih kecil.
Sementara itu, korban akan merasa bahwa peristiwa tidak nyaman ini berlangsung terus-menerus dan tak pernah berakhir. Hal ini karena penindas dapat mendatangi mereka kapan saja dan di mana saja melalui internet.
Bila anak sering menghabiskan waktu di dunia maya tapi selalu tampak resah atau sedih, Moms perlu berhati-hati dan bicarakan baik-baik dengan anak. Barangkali, mereka menjadi korban dari cyberbullying.
-
Penindasan Seksual
Jenis bullying yang satu ini lebih sering dialami anak perempuan daripada anak laki-laki. Penindasan seksual terdiri dari tindakan berulang, berbahaya, dan memalukan yang menargetkan seseorang secara seksual. Biasanya si korban menerima ejekan atau julukan yang bernada seksual atau melecehkan. Misalnya, tubuh anak sudah lebih dewasa dari anak perempuan seusianya.
Termasuk juga pemanggilan nama secara seksual, komentar kasar, gerakan vulgar, sentuhan tanpa diundang, proposisi seksual, dan materi pornografi. Seorang penindas mungkin membuat komentar kasar tentang penampilan, daya tarik, perkembangan seksual, atau aktivitas seksual teman sebayanya.
Selain itu, sexting juga dapat menyebabkan intimidasi dan penindasan seksual. Jika seorang gadis mengirim foto dirinya ke pacar, dia mungkin membagikan foto itu secara luas jika mereka putus.
Dia menjadi sasaran intimidasi seksual karena orang-orang mengolok-olok tubuhnya, memanggilnya dengan nama yang kasar, dan membuat komentar vulgar tentang dirinya. Anak Bunda mungkin mengalami penindasan ini dari teman-temannya di sekolah. Jadi, waspadai jenis bullying ini karena jika tidak ditanggapi secara serius, bullying bisa berujung pada kekerasan seksual.
Biasanya korban bullying secara seksual akan menutup diri.
Ciri-ciri ini didukung oleh fakta dari Harvard Graduate School of Education pada tahun 2017 yang menunjukkan bahwa salah satu masalah terbesar dengan intimidasi dan pelecehan seksual adalah kenyataan bahwa remaja yang menjadi korban sering menyimpannya untuk diri mereka sendiri.
Korban juga mungkin menolak memakai pakaian terbuka, takut menghadapi lawan jenis, dan merasa tidak percaya diri.
Menurut Bunda, jenis bullying apa lagi yang mungkin saja dialami anak? Mari pelajari tanda-tandanya dan cegah bullying di sekolah atau lingkungan pergaulan anak. [ ]
Sumber: orami.co.id
5
Redaksi: admin
937