PARENTINGISLAM.ID – – Bagi sebagian orang mungkin masih enggan berbuat baik dengan alasan hanya perkara kecil dan sepele. Ia baru merasa berbuat baik jika dianggap telah mengerjakan perkara yang besar dan berdampak luas. Hendaknya kita menhindari sikap demikian,selagi ada kesempatan berbuat baiklah meski hanya perkara kecil saja.
Jangan meremehkan perbuat baik sekecil apa pun itu walau hanya menunjukan sikap ramah dengan senyum manis tatkala bertemu teman atau saudara. Begitu pula walau hanya membantu urusan saudara kita yang ringan dan dianggap hal yang sepele. Rasulullah Saw pernah berkata kepada Jabir bin Sulaim,
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau hanya berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi ,Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).
Dalam menanggapi akan hadis tersebut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin menjelaskan penggalan hadits di atas mengatakan : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan pada Jabir bin Sulaim agar tidak meremehkan kebaikan sekecil apa pun. Setiap kebaikan hendaklah dilakukan baik itu ucapan maupun perbuatan. Kebaikan apa pun jangan diremehkan. Kebaikan itu adalah bagian dari berbuat ihsan. Allah mencintai orang-orang muhsin (yang berbuat baik).
Jika engkau menolong seseorang untuk menaikkan barang-barangnya ke kendaraannya, itu adalah suatu kebaikan. Jika engkau membantu dalam perkara yang ia butuh, maka itu termasuk kebaikan. Bila engkau memberi pena pada saudaramu agar ia bisa terbantu dalam menulis, maka itu adalah suatu kebaikan. Meski pula engkau hanya meminjamkan, maka itu adalah bagian dari kebaikan.
Jadi jangan remehkan kebaikan sedikit pun, sungguh Allah menyukai orang yang berbuat baik. Ada suatu kaedah yang bisa mengingatkan kita untuk senantiasa berbuat baik pada orang lain, yaitu hadis dari Rasulullah Saw,
“Siapa yang menolong saudaranya dalam kebutuhannya, maka Allah pun akan menolongnya dalam kebutuhannya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sejenak marilah kita renungkan bagaimana jika sampai Allah menolongmu? Apakah suatu urusan jadi sulit ketika Allah langsung yang “turun tangan” untuk menolong seorang hamba-Nya? Jawabnya tentu saja tidak ada mustahil bagi Allah karena segala urusan ada dalam kuasa-Nya. Hadits itu maksudnya, jika engkau menolong saudaramu, maka Allah juga akan menolongmu.
Suatu urusan yang sulit akan jadi mudah tanpa ragu lagi. Jadi yakinlah bahwa jika engkau menolong saudaramu, maka Allah pasti akan menolongmu pula dalam urusanmu. Karenanya, perbanyaklah kebaikan dan bantulah terus orang lain.
Jangan remehkan satu kebaikan sedikit pun walau itu sepele. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan,
“Wahai para wanita muslimah! Janganlah salah seorang di antara kalian meremehkan pemberian tetangganya walau pemberiannya hanyalah kaki kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Kaki kambing atau mungkin yang lebih sepele dari itu kita anggap hal sepele atau malah sesuatu sampah. Namun jika itu pemberian dari orang dengan niat tulus maka itu adalah suatu nilai kebaikan disisi Allah. Begitu pun menurut pandangan kita pemberian itu sesuatu yang sedikit maka tetap jangan dianggap remeh. Coba kita lihat kembali bentuk kebaikan yang Nabi Saw katakan pada Jabir bin Sulaim tersebut adalah berbicara dengan saudaramu dalam keadaan wajah yang tersenyum atau gembiria.
Seperti itu adalah bagian dari kebaikan. Jadi ketika bertemu saudara kita hendaklah dengan wajah yang tersenyum, bukan cemberut. Karena sikap seperti termasuk pula dalam memberikan kebahagiaan pada orang lain. Membuat orang lain bahagia adalah bagian dari kebaikan dan termasuk bentuk berbuat baik pada orang lain. Allah pun menyukai orang yang demikian.
Catatan, tidak setiap waktu kita mesti bermurah senyum pada orang lain. Kadang seseorang melakukan sesuatu yang tidak terpuji, maka saat itu tentu saja kita tidak berwajah senyum di hadapannya dalam rangka untuk mengingatkan kesalahannya. Tujuannya, agar orang tersebut lebih baik dan lebih beradab. Ingatlah, li kulli maqom maqool, setiap tempat punya penyikapan yang berbeda.
Untuk itu berhentilah menganggap sesuatu kebaikan kecil yang kita berikan kepada orang lain atau sebaliknya. Keikhlas dan ketulusan akan menjadi lebih penting dan berharga dari sekedar pemberian besar yang disertai dengan ujub dan riya. Penting juga untuk dipahami bahwa berbuat baik khususnya kepada orang lain itu jangan dipandang dari besar atau kecil.
Misalnya membantu menyeberangkan orang, menyingkirkan paku di jalan atau sekedar membuah sampak pada tempatnya. Kita tidak mengetahui ada hikmah apa dibaik perbuatan baik itu. Bisa jadi apa yang kita berikan kepada orang lain itu sepele atau sederhana namun bagi yang menerima sungguh sangat besar dan bermanafaat bagi dirinya. [ ]
5
Redaksi: admin
870