PARENTINGISLAM.ID – – Mendidik anak-anak dizaman sekarang terasa sangat berbeda dengan apa yang dialami orangtuanya. Apa yang Ayah Bunda khawatirkan tentu tidak berlebihan dan mungkin juga dialami para orangtua di zaman sekarang. Dengan kemajuan teknologi dan kemudahan komunikasi saat ini maka arus informasi menjadi sulit untuk dibendung lagi. Terpenting adalah bagaimana kita selaku orangtua telah berusaha memberikan pondasi pendidikan yang baik khususnya masalah aqidah dan akhlak islami lainnya.
Semua orang pasti punya keinginan agar anak-anaknya shaleh. Secara kodrati, semua orangtua ingin meninggalkan generasi yang lebih baik dari dirinya. Anak merupakan amanah bagi orangtuanya untuk dijaga kesucian batinnya, dididik, dirawat, dan dibimbing dalam menapaki kehidupan yang penuh ujian. Dalam sabdanya Rasulullah berpesan,
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka ayah dan ibunyalah (lingkungan terdekat) yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani, ataupun Majusi.” (H.R. Abu Daud)
Terkait dengan cara dan misi penting pendidikan anak maka setidaknya kita bisa mengacu pada pola pendidikan yang diterapkan Nabi Ibrahim as. Sebelum dan sesudah mempunyai anak secara khusus, Nabi Ibrahim a.s. pernah berdoa,
“Ya Rabb aku memohon agar keturunanku senantiasa mendirikan shalat, agar mereka dicintai orang-orang, dan agar mereka diberi rezeki yang halal, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Q.S. Ibrahim: 37).
Dalam doa Nabi Ibrahim a.s. tersebut, paling tidak terkandung tiga masalah pokok yang harus menjadi ruh pendidikan bagi anak-anak, baik zaman dulu atau zaman sekarang tetap sama polanya, hanya caranya yang sedikit berbeda yang disesuaikan dengan kondisi zaman. Misi dalam mendidik anak seperti yang diajarkan Nabi Ibrahim yaitu:
-
Menciptakan hubungan harmonis dengan Allah Swt.
Menciptakan suasana kondusif agar memiliki hubungan harmonis dengan Al Khaliq (Maha Pencipta) diwujudkan dalam bentuk komunikasi atau dialog dengan Allah Swt. (shalat). Hal ini tertuang dalam doa Ibrahim a.s., “Ya Tuhan kami, aku mohon agar keturunanku mendirikan shalat.”
Shalat bisa menjadi indikator sejauh mana hubungan seorang hamba dengan Khaliknya. Bahkan, juga menjadi indikator untuk amalan-amalan lainnya. Rasulullah Saw. bersabda,
“Amal manusia yang pertama kali diperhitungkan (dihisab) pada hari kiamat adalah shalat; bila shalatnya beres, maka amal yang lainnya bisa beres. Dan, bila shalatnya rusak, maka amal lainnya bisa rusak” (H.R.Thabrani).
Jadi, keluarga bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai ketauhidan hingga anak merasa dekat dengan Allah Swt.
-
Menciptakan hubungan harmonis antar manusia
Anak yang shaleh bukan hanya pandai menjalin hubungan harmonis dengan Allah Swt. (hablum minallah), tetapi juga harus piawai menjalin hubungan harmonis sesama manusia (hablum minannas). Hal ini juga disampaikan Nabi Ibrahim a.s. dalam doanya, “…agar mereka dicintai orang-orang, …”.
Berkaitan dengan masalah ini, seorang sahabat pernah datang kepada Rasulullah Saw. Ia bercerita mengenai tetangganya yang rajin shalat, shaum, dan tekun dalam beribadah, namun suka menyakiti hati tetangganya. Mendengar kasus ini, Rasulullah berkomentar, “Hiya min ahlinnaar (ia akan jadi penghuni neraka).”
Dalam riwayat ini menggambarkan bahwa orang yang mampu berhubungan secara harmonis dengan Allah Swt. belumlah sempurna jika tidak mampu menjalin hubungan harmonis dengan sesama manusia. Dengan kata lain, menjaga hubungan harmonis dengan sesama manusia itu sekaliber (sama pentingnya) dengan menjaga hubungan harmonis dengan Allah Swt. Oleh sebab itu, cukup logis kalau poin ini termasuk yang harus ditanamkan orangtua terhadap anak-anaknya.
-
Mampu menghadapi tantangan zaman
Semua makhluk yang ada di bumi sudah pasti diberi rezeki oleh penciptanya. Namun, rezeki itu tidak mungkin datang begitu saja tanpa upaya atau ikhtiar. Oleh sebab itu, menjadi kewajiban orangtua untuk membekali putra-putrinya dengan keahlian berikhtiar yang bisa membuat dirinya mandiri secara materi.
Hal ini tersirat dalam doa Nabi Ibrahim a.s., “…berikan rezeki yang halal kepada mereka agar bersyukur.”
Doa ini memberikan bimbingan bahwa kita harus berupaya melahirkan generasi yang lebih sejahtera. Yaitu, dengan berupaya memberikan bekal pendidikan dan pengajaran yang memadai sehingga mereka bisa survive (bertahan) menghadapi tantangan zamannya.
Zaman selalu berubah maka hanya orang-orang yang menyiapkan diri saja yang akan bertahan bahkan lulus menghadapi tantangan zaman. Dulu orang untuk bisa membaca buku harus membeli, pergi jauh ke toko buku dan sebagainya. Sekarang lewat hp orang bisa banyak dapat ilmu.
Dulu untuk bisa berjualan orang harus membikin produk,punya pabrik,punya gudang bahkan harus punya toko. Sekarang lewat hp orang bisa jualan dari baju sampi mobil dan sebagainya. Inilah salah satu tantangan zaman yang harus disiapkan agar anak-anak bukan dan tidak menjadi korban. Demikian penjelasannya semoga bermanfaat. Wallahu’alam. [ ]
Sumber: percikaniman.id
5
Redaksi: admin
849