PERCIKANIMAN.ID – – Allah swt. sudah mendesain suatu tempat khusus yang diperuntukkan bagi terjadinya kehamilan, yaitu rahim. Rahim merupakan suatu bangunan yang mempunyai struktur tiga lapis. Lapisan yang paling dalam disebut lapisan endometrium berupa sistem suspensi yang dapat mencegah trauma serta memberi makanan pada janin yang akan datang.
Bayangkan, mudigah atau janin yang terdiri atas 32 sel atau lebih, jatuh ke dalam rahim dari saluran telur. Janin yang tak tampak oleh mata tersebut jatuh ke rongga rahim yang dalamnya sekitar 4 cm. Ini bisa diidentikkan dengan kita jatuh dari ketinggian ratusan kali ukuran tubuh kita.
Tubuh kita tentunya akan hancur. Akan tetapi, janin yang jatuh dari ketinggian ribuan kali ukurannya, sehat-sehat saja. Selain karena sangat ringan sehingga jatuhnya melayang, janin pun mendarat di endometrium (dinding rahim) yang dipersiapkan secara khusus untuk menerimanya.
Endometrium tempat jatuhnya janin tersebut tebal, empuk, dan penuh dengan makanan sehingga ketika jatuh, janin tidak akan cedera dan dapat terus berkembang.
Lapisan tengah yang paling tebal adalah lapisan otot. Lapisan ini dibuat dengan suatu bentuk khas pada rahim. Bentuknya seperti angka delapan dan memiliki suatu kemampuan peregangan yang luar biasa. Bayangkan, lima janin sekaligus dapat ditampung dalam rahim ini.
Lapisan yang paling luar adalah lapisan serosa yang berfungsi melindungi rahim terhadap perlengketan-perlengketan. Selain itu, Allah swt. telah membuat suatu sistem pertahanan khusus untuk rongga perut. Rongga perut didesain sedemikian rupa sehingga steril, bersih dari segala kuman atau kotoran masuk yang dapat menyebabkan penyakit yang pada akhirnya menyebabkan kematian.
Bagaimana Allah swt. menciptakan sistem pertahanan ini? Tidak lain adalah dengan menciptakan sistem yang disebut peritoneum. Peritoneum adalah suatu lapisan sel yang melapisi semua organ-organ dalam.
Dinding-dinding rongga perut serta semua organ yang ada dalam perut ditutup oleh suatu lapisan yang disebut peritoneum. Ada yang disebut dengan peritoneum parietale, yaitu peritoneum yang melapisi dinding rongga dan peritoneum viseral yaitu peritoneum yang melapisi semua organ yang ada di dalam rongga perut. Peritoneum parietale dan peritoneum viseral ini merupakan satu konstruksi.
Tujuan dari sistem pengamanan peritoneum adalah untuk melokalisasi sesuatu yang abnormal dalam rongga perut. Peritoneum akan menempel dan menutup sehingga kuman yang masuk dikurung dan tidak bisa meluas.
Itulah struktur rahim yang didesain sebagai tempat bagi kehamilan. Jadi, kalau kebetulan terjadi kehamilan di luar tempat yang seharusnya, pasti akan terjadi permasalahan yang disebut dengan hamil di luar kandungan.
Hamil di luar kandungan bisa di mana saja, tapi yang paling sering terjadi adalah di saluran telur. Bila kehamilan terhambat di saluran telur dan tidak bisa masuk ke rahim, akan terjadi kehamilan di dalam tuba atau kehamilan di dalam saluran telur dan pasti pada suatu waktu akan sobek.
Hal ini biasanya tidak akan lebih dari bulan ketiga. Bila pada bulan ketiga masih berada di dalam sel telur, saluran sel telur itu tidak akan mampu meregang lagi untuk mengakomodasikan pembesaran kehamilan sebelum akhirnya sobek.
Proses kehamilan banyak sekali melibatkan pembuluh darah sehingga jika terjadi sobekan pada saluran telur, akan menyebabkan pendarahan luar biasa di dalam perut dan akan menyebabkan kematian apabila tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
Mengapa terjadi kehamilan di luar kandungan? Biasanya, penyebab utamanya adalah sistem dari saluran telur yang tidak sempurna. Misalnya ada perlengketan di sejumlah tempat yang menyebabkan calon janin yang akan bergerak ke dalam rahim itu harus berbelok-belok.
Anatomi saluran telur berbentuk seperti terompet, membesar pada bagian indung telur kemudian mengecil terus sampai ke lubang masuk dalam rongga rahim. Ada dua permasalahan di sini. Di satu pihak, janin terus membesar sesuai hitungan hari, tapi di sisi lain jalan yang dilalui makin lama makin menyempit.
Akibatnya, kalau pada hari keenam janin belum masuk ke rongga rahim, dia akan menjadi terlalu besar untuk bisa melewati lubang atau ostium yang menghubungkan saluran telur dengan rongga rahim sehingga akan terhambat dan tidak bisa masuk ke dalam rahim.
Penyebab lain adalah perlengketan pada saluran tuba sehingga bakal janin tidak bisa bergerak. Bila janin masuk ke saluran telur yang menyempit dan tertahan, ia akan membesar sehingga menimbulkan robekan pada saluran telur yang mengakibatkan perdarahan dan disebut ruptura tuba.
Apabila tertahan di mulut fimbriae yang lebar seperti mulut terompet, ia akan tumbuh, memberat, tuba tertarik gravitasi, kehamilan terlepas, menimbulkan perdarahan yang disebut abortus tuba. Abortus tuba ini terkadang bisa menempel dan hidup terus di dalam rongga perut.
Ia menempel pada usus, omentum, peritoneum, atau jaringan lain yang banyak pembuluh darahnya untuk suplai makanan bagi kehamilan. Kehamilan ini terkadang bisa sampai cukup bulan. Pada perabaan dari luar, janin mudah diraba
karena rahim tidak membungkusnya. Dengan alat USG, hal ini mudah diketahui. Untuk mengatasinya dilakukan pembedahan. Masalah yang sulit adalah pelepasan ari-arinya yang terkadang bisa menimbulkan perdarahan hebat akibat pemotongan jaringan tempat ari-ari itu melekat. [ ]
Sumber: dikutip dari buku “ KEHAMILAN YANG DIDAMBA “ karya dr. H. Hanny Ronosulistyo, Sp.OG(K)., M.M. & Dr. H. Aam Amiruddin, M.Si
5
Redaksi: admin
836