PARENTINGISLAM.ID – – Salah satu artikel di majalah nasional menyebutkan bahwa ketika sejak kecil anak mulai belajar berbohong, maka ketika dewasa dia akan tumbuh menjadi koruptor!
Sungguh sebuah pemikiran bombastis, atau dalam bahasa anak gaul zaman sekarang disebut lebay. Ya, lebay karena jiwa dan kepribadian seorang anak akan terus berkembang seiring pertambahan usia dan pengalaman hidupnya.
Mungkin benar bahwa anak yang dikenal suka berbohong akan tumbuh menjadi manusia yang tidak jujur. Namun, hal tersebut tidak serta merta membuatnya layak mendapat predikat sebagai calon koruptor di masa depan.
Perlu kita telisik juga bahwa koruptor yang saat ini terbukti menilap uang negara bukan tidak mungkin dulu semasa kecil adalan anak yang manis.
Jadi, orangtua yang mendapati anaknya berbohong tidak perlu menanggapinya dengan berlebihan. Apalagi, sampai menganggap diri telah gagal mendidik amanah yang dititipkan oleh Allah Swt.
Bolehlah kita merasa cemas dan bersedih atas perilaku anak, tetapi hal tersebut hendaknya melahirkan perbaikan pola asuh. Lantas, apa saja yang perlu dilakukan orangtua dalam menghadapi buah hati yang ketahuan berbohong? Berikut sejumlah tips-nya.
-
Lakukan Introspeksi.
Anak ibarat selembar kertas putih, maka ketika ada goresan tinta kelam, yang perlu ditanya “mengapa” adalah kedua orangtuanya. Jelas ada sesuatu yang salah dengan pola asuh yang diterapkan selama ini sehingga anak berani berbohong. Seorang filosof berujar bijak bahwa anak merupakan cermin perilaku orangtuanya.
Jadi, ketika anak berbohong, orangtuanyalah yang telah mengajarkan anak berperilaku demikian. Hal tersebut mungkin dilakukan tanpa sadar. Mungkin tanpa sadar kita telah mengatakan sesuatu yang kita sebut “bohong putih”.
Di benak anak yang masih belum bisa membedakan “hitam” dan “putih”-nya bohong, tentu perilaku orangtuanya tersebut akan dipukul rata sebagai sesuatu yang boleh dilakukan. Karenanya, kita sebagai orangtua harus bersikap lebih hati-hati setelah kejadian ini.
-
Jangan Menginterogasi.
Memaksa anak untuk mengakui bahwa dia telah berbohong hanya akan membuat anak berbohong lebih banyak lagi. Jadi, berhentilah menginterogasi anak Anda. Duduklah di sampingnya dan sampaikan betapa cintanya Anda kepadanya.
Secara halus, katakanlah bahwa tidak ada yang tidak bisa anak Anda sampaikan kepada Anda. Intinya, anak harus dibuat nyaman terlebih dahulu sebelum dia bisa menceritakan alasannya berbohong.
-
Bersikap Terbuka.
Bila anak tetap tidak mau terbuka, lupakan sementara waktu kejadian tersebut untuk dibahas di kemudian hari manakalah kondisinya sudah memungkinkan. Ketika anak berbohong kepada Anda, maka isi keterbukaan dan kedekatan. Bisa jadi, anak tidak benar-benar berbohong.
Dia hanya enggan menceritakan hal yang sebenarnya kepada orangtuanya karena berbagai alasan. Dan, alasan yang paling mendasar adalah adanya jarak emosi antara anak dan orangtua. Hal ini biasanya kerap terjadi ketika anak menginjak usia remaja.
Pada masa-masa remaja, orangtua dianggap tidak lagi memahami problematika remaja dan karenanya mereka lebih senang curhat kepada teman-temannya daripada orangtuanya.
-
Jangan Marahi.
Marah tidak menyelesaikan masalah. Justru, kemarahan orangtua terhadap anaknya yang ketahuan berbohong hanya akan membuat mereka semakin tertutup.
Jika Anda terlanjur marah dengan kelakuan anak, segeralah berwudhu kemudian shalat sunat. Bermunajatlah kepada Allah untuk diberi jalan terbaik menyelesaikan masalah ini. Insya Allah, amarah Anda akan reda plus Anda diberikan kelapangan jiwa untuk berpikir lebih jernih.
-
Boleh Menghukum Tapi Yang Mendidik.
Kalau memang benar-benar dirasa perlu karena kadar kebohongan anak sudah di luar batas, bolehlah kita menghukumnya dengan hukuman yang mendidik. Ingat, menghukum anak dengan jalan kekerasan, semisal mencubit atau menjewer, bukan hanya tidak mendidik tapi juga mengajarkan anak untuk melakukan hal serupa (kekerasan) dalam menyelesaikan masalah.
Menghukum anak dengan cara yang mendidik adalah dengan menerapkan konsistensi dan memberikan efek jera. Konsisten di sini maksudnya adalah jangan sampai ayah dan ibu berbeda pendapat mengenai hukuman yang diberikan, misalnya dengan alasan kasihan. Kalau ayah memberikan satu hukuman tertentu, ibu tidak boleh kasihan dan kemudian membebaskan anak dari hukuman tersebut.
Dalam Journal of Applied Developmental Psychology, Dr. Paul Frick, salah satu pengajar dari University of New Orleans, Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa memberikan hukuman yang efektif bisa dilakukan dengan cara pertama, mendiamkan atau memberikan mereka waktu sendiri untuk merenungi kesalahannya.
Setelah itu, baru ajak dia ngobrol dan tanyakan alasan mengapa dia melakukan hal itu. Kedua, memberikan anak tugas rumah tambahan sesuai kemampuan dan usianya. Bagi anak berusia di bawah lima tahun, hal ini mungkin belum bisa diterapkan secara saklek. Ketiga, tidak memperbolehkan si kecil melakukan aktivitas favoritnya untuk sementara. Misalnya, tak diizinkan bermain internet dan menonton acara televisi favoritnya selama seminggu.
-
Beri Pujian Saat Ia Berbuat Jujur.
Memuji dan mengapresiasi usaha anak manakala dia berkata atau berbuat jujur. Sedikit reward seperti mengajaknya makan ice-cream kesukaannya pasti akan menjadi motivasi untuk anak terus berbuat jujur. [ ]
4
Redaksi: admin
789