Menanamkan Kejujuran Sejak Anak Dalam Kandungan, Begini Caranya

0
528

PARENTINGISLAM.ID – – Beberapa kalangan, utamanya psikolog anak, mengatakan bahwa dalam fase kanak-kanak, otak masih seperti “hewan”. Fungsi menimbang serta memilah yang baik dan buruk belum tersusun secara sempurna. Adapun yang dominan pada otak anak adalah mengoptimalkan pendengaran dan penglihatan, untuk selanjutnya ditiru.

Inilah yang kemudian melahirkan aktivitas melihat, mendengar, dan meniru. Makanya, penting bagi orangtua untuk mengetahui cara kerja otak anak. Orangtua harus benar-benar menjaga ucapan dan tingkah laku di depan anak-anak karena hal itu amat potensial untuk dijadikan model.

Beberapa anak juga akan mengikuti kebiasaan orangtuanya,seperti bangun pagi dan mengerjakan kegiatan pagi lainnya (shalat Subuh,baca Al-Qur’an hingga mendengarkan ceramah pagi). Demikian juga ada anak yang susah dibangunkan pagi dan malah bangun kesiangan karena mencontoh orangtuanya yang melakukan hal yang sama. Membangun dan menanamkan kejujuran sejak dini bahkan dalam kandungan adalah salah satu langkah yang bijak yang harus ditempuh orangtua.

Kekhawatiran para orangtua dengan anak-anak yang sudah mulai berani berbohong sejak usia balita, menjadi dilemma sekaligus tantangan orangtua untuk menjawabanya sendiri. Berikut beberapa pertanyaan yang jawabannya dapat membantu menghadirkan generasi yang sesuai harapan orangtuanya:

  1. Sejak kapan program mendidik anak itu direncanakan?

Ketika memutuskan berkeluarga, pasangan mestinya sudah merencanakan model pendidikan untuk anak-anaknya kelak. Berkeluarga sama halnya dengan menciptakan sebuah peradaban kecil yang merupakan bagian dari sebuah peradaban besar. Makanya, sebelum menikah kita harus mengetahui secara pasti visi dan misi serta metode yang disiapkan untuk mendidik anak yang akan diterapkan oleh calon pasangan kita. Itu yang disebut sebagai grand design yang akan meninggikan nilai diri seluruh anggota keluarga, termasuk anak. Grand design itu tidak dibuat ketika memasuki jenjang pernikahan, tetapi jauh sebelum itu. Untuk itu merencanakan pernikahan bukan sekadar menyiapkan diri untuk menafkahi keluarga, tetapi lebih jauh dari itu menyiapkan diri untuk menjadi contoh terbaik bagi keluarga.

2. Bagaimana perilaku meniru pada anak?

Kemampuan dasar yang dimiliki setiap manusia adalah kemampuan meniru (imitasi). Makin luas dan makin besar pengaruh seseorang, kemampuannya akan bertambah. Bukan sekadar meniru, tetapi punya peluang untuk ditiru. Banyak yang tidak sadar bahwa menjadi suami atau istri bagi pasangan dan menjadi orangtua bagi anak-anak adalah bagian dari proses penambahan dan perluasan kapasitas diri kita.

Padahal, di saat demikian, anak dan istri atau suami bukan hanya sebagai tempat belajar bagi kita, tetapi juga mereka menjadikan diri kita potensial untuk ditiru. Artinya, peluang ditiru ini menjadikan orangtua dapat menentukan nilai yang dianut oleh anaknya, termasuk masalah kejujuran. Dari mana anak belajar berbohong kalau bukan karena melihat dan mendengar orangtua yang terlalu sering berbohong?

3. Mendidik anak untuk berperilaku positif itu bisa dilakukan saat masih di dalam kandungan?

Anak bisa mendengar semenjak di dalam kandungan? Kalangan medis menyatakan demikian. Al-Quran merunutkan anugerah yang diberikan kepada kita adalah pendengaran terlebih dahulu, baru penglihatan, dan hati atau rasa,

Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa pun. Allah memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78).

Jadi, indra yang pertama berfungsi pada manusia adalah pendengaran. Maka, menyanyi, nasihat, kata-kata motivasi yang diberikan sejak anak masih dalam kandungan, insya Allah bisa didengar dan tertanam di alam bawah sadar anak. Apalagi, jika yang disebut nama Allah, mereka pasti paham. Bukankah Allah adalah fitrah mereka juga sejak diciptakan?

4. Termasuk mendidik untuk berperilaku jujur dan tidak bohong apakah bisa dimulai ketika anak berada dalam kandungan?

Para pakar otak sepakat bahwa waktu terbaik untuk memasukkan nilai-nilai pada pikiran bawah sadar adalah saat akan tidur atau saat peralihan dari alam sadar ke alam tidak sadar (tidur). Semua bayi mengabiskan waktu lebih lama untuk tidur. Saat dalam kandungan, kita tidak tahu kapan kondisi pra-tidur. Namun, sederhananya dengan kondisi tidur lebih lama daripada orang dewasa, maka kondisi pra-tidur anak juga mungkin lebih sering terjadi.

Ini mungkin bisa kita manfaatkan untuk memasukkan banyak nilai positif pada bayi. Ketika sudah lahir, ada baiknya sebelum tidur diperdengarkan bacaan doa-doa, lagu-lagu yang membangun hati, kata-kata positif, termasuk bisikan untuk selalu jujur di telinganya. Ini berlaku bukan hanya untuk bayi, tetapi juga untuk orang dewasa. Itulah mungkin kenapa Nabi terbiasa berdoa sebelum tidur.

5. Bagaimana dengan cinta?

Ibnu Qayyim mengatakan dalam bukunya “Taman Orang-orang Jatuh Cinta” bahwa semua yang bergerak di alam raya ini adalah gerak yang lahir dari kehendak cinta. Itu sebabnya, hati yang dipenuhi cinta akan mudah menerima kebenaran. Cinta tidak tumbuh di hati yang miskin dari rasa cinta, apalagi angkuh dan keras. Cintalah yang mengubah yang keras menjadi lembut, yang kelabu menjadi cerah, yang sedih menjadi bahagia. [ ]

5

Red: admin

934