PARENTINGISLAM.ID – – Ani, murid kelas 5 sekolah dasar, tampak murung sesaat setelah menerima rapornya. Nilai-nilainya sangat tidak baik, alias banyak merahnya. Dalam benaknya, ia sudah membayangkan reaksi orangtuanya di rumah, dan hukuman macam apa yang harus ia terima. Untuk menghibur diri ia tidak langsung pulang melainkan bermain sejenak bersama teman-temannya. Sepanjang perjalanan pulang bocah usia 10 tahun ini makin cemas dengan luapan amarah orangtuanya .
Ilustrasi di atas merupakan gambaran bahwa nilai prestasi akademik di sekolah merupakan tanggung jawab anak semata. Jika mereka gagal atau mendapat nilai dibawah teman-temannya maka orangtua tinggal mengecapnya sebagai anak yang malas atau bodoh.
Kemudian usai mendapat introgasi dan ragam pertanyaan , biasanya orangtua akan menerapkan disiplin tinggi agar anak belajar, mengurangi bahkan meniadakan waktu main. Tak berhenti sampai sini demi mengangkat nilai tinggi tak jarang anak diharuskan pula mengikuti berbagai macam les atau bimbingan belajar (bimbel).
Sikap bijak orangtua
Orangtua yang bijak tentunya akan lebih menitikberatkan pada proses belajar anak. Untuk mengetajui apakah anak mampu menyerap pelajaran dengan baik, cobalah ikut belajar bersama mereka. Bila anak mengalami kesulitan belajar, bantulah mereka. Dari pengalaman ini orangtua akan memiliki gambaran apa saja kesulitan belajar yang dihadapi oleh anak.
Kesulitan belajar merupakan masalah kompleks yang sering membuat orangtua bingung mencari penyelesaiannya. Kesulitan belajar yang banyak ditemukan pada anak usia sekolah ini, menyebabkan mereka tidak dapat mengikuti pelajaran di kelas selanjutnya, alias tinggal kelas. Diperkirakan 4-5% dari seluruh anak sekolah mengalami kesulitan belajar.
Oleh karena itu, orangtua harus mengetahui sedini mungkin tanda-tanda kesulitan belajar, karena semakin dini kita mengetahui dan kemudian menganggulanginya, tentunya hasil yang didapat akan semakin baik.
Secara umum kenalilah anak Anda. Apakah mereka mengalami kesulitan dalam mendengar, berbicara, menulis, logika, kamampuan matematik, atau mungkin adanya kelainan tingkah laku. Bila ada kecurigaan, coba ingat kembali riwayat penyakit yang pernah dialaminya, misalnya penyakit kejang, lahir kurang bulan atau berat lahir rendah, lingkungan keluarga terutama pola asuh yang diterapkan, dll.
Dibutuhkan kerja sama yang baik dengan dokter, psikolog, pendidik, dll. pada anak-anak yang memiliki kelainan medis yang mendasari, seperti kelainan pada susunan saraf pusat –baik infeksi atau cedera otak, penyakit kronis, keracunan logam berat, gangguan perhatian maupun tingkah laku lain, gangguan mata atau telinga, dll.
Peran dokter anak ialah sebagai penata laksana terhadap kelainan yang didapat. Dengan ditemukannya penyebab, maka kesulitan belajar akan dapat dikurangi sejalan dengan perbaikan penyakit yang mendasarinya.
Psikolog biasanya melakukan beberapa macam tes atau skrining kesulitan belajar yang mencakup pengucapan, mendengar, menulis, membaca, kalkulasi matematik, dan logika matematik untuk mengetahui apakah anak mengalami kesulitan belajar serta aspek apa saja yang menyebabkan kesulitan belajar. Sedangkan pendidik dapat melakukan intervensi atau mempekuat aspek apa yang mengalami gangguan sehingga diharapkan anak akan lebih siap menerima pelajaran.
Peran keluarga dalam hal ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan dorongan moril atau membantu melakukan intervensi di rumah.
Upaya pencegahan
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa bayi/anak pra-sekolah yang mengalami hambatan perkembangan, kemungkinan besar akan mengalami gangguan belajar di kemudian hari. Secara umum ada beberapa aspek perkembangan yang dapat dinilai atau dilatih.
Pertama adalah aspek sosialisasi dan kemandirian yaitu cara anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, misalnya membalas senyum atau bermain dengan teman sebaya. Kedua adalah aspek motorik halus yaitu kemampuan mengkoordinasikan otot-otot kecil yang memerlukan kecermatan, misalnya mengambil benda kecil, menulis, dan menggambar.
Kemudian aspek yang ketiga adalah motorik kasar yaitu kemampuan menggunakan otot-otot besar, seperti berjalan, berlari, dll. tak kalah penting ialah aspek bahasa yang mencakup bicara dan pengertian bahasa. Kini para ahli menambahkan aspek kecerdasan matematik, kecerdasan sosial, dll., yang dikenal juga dengan Multiple Intelegencia.
Agar tumbuh kembang anak mencapai hasil yang optimal, lakukanlah stimulasi atau perangsangan yang meliputi aspek-aspek seperti yang telah disebutkan di atas. Mengenai bentuk stimulasinya, orangtua dapat berkonsultasi dengan dokter anak untuk menyesuaikan berdasarkan umur perkembangan yang dimiliki anak.
Persiapkan anak sejak dini agar siap untuk masuk sekolah. Persiapan yang dilakukan bukan dengan cara memberi tugas yang banyak atau dengan menerapkan disiplin yang tinggi. Lakukanlah stimulasi/rangsangan pada bayi dan anak pra-sekolah yang meliputi berbagai aspek dalam kegiatan bermain. [ ]
4
Redaksi: admin
839