PARENTINGISLAM.ID – – Hanlie Muliani, M.Psi, psikolog sekaligus aktivis anti-perundungan berpendapat bahwa Indonesia membutuhkan pendidikan anti-bullying di sekolah-sekolah.
Hal ini didukung dengan analisis dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menyebutkan bahwa kasus bullying di tahun 2019 menjadi kasus pelanggaran anak terbanyak di Indonesia. Dan mayoritas kasus ini paling banyak terjadi di jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), yakni mencapai 67%.
Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk memberikan pendidikan karakter dan menanamkan prinsip toleransi pada siswa sebagai bagian dari edukasi anti-bullying.
Tidak hanya memberikan pendidikan ini kepada siswa, namun para guru pun harus diberikan edukasi mengenai hal ini. Hanlie berkata, “Masalah perundungan ini kompleks, kalau sekolah tidak tahu bagaimana cara menanganinya, bisa semakin rumit.”
Salah satu faktor penyebab dan kesalahan yang masih terjadi di Indonesia ini adalah pihak sekolah tidak memahami bagaimana cara menjadi mediator ataupun dalam melakukan konseling. Banyak sekolah yang masih menerapkan teguran atau hukuman secara langsung. Padahal, bisa saja anak tersebut hanya ‘mengiyakan’ nasihat tersebut hanya di depan guru. Kita tidak benar-benar mengetahui apakah anak tersebut sudah benar-benar menyadari kesalahannya, atau justru malah semakin intimidatif.
Maka, penting juga bagi para pendidik untuk memahami dasar-dasar dari tindakan bullying. Para guru dituntut untuk mengetahui mengapa siswa melakukan bullying, apa motifnya, bagaimana cara mengatasinya, dan solusi yang tepat bagi si korban ataupun si pelaku.
Sumber : parenting.co.id
3
Red: admin
