PARENTINGISLAM.ID — Seluruh orang tua muslim pasti menginginkan buah hati mereka menjadi generasi saleh-salehah. Salah satu indikatornya adalah mengenalkan dan mengajarkan berbagai jenis ibadah kepada anak sejak dini, termasuk di antaranya adalah puasa.
Mengenalkan puasa kepada anak tidak hanya dilakukan saat menjelang Ramadan, tetapi juga dapat dilakukan pada puasa-puasa sunah, seperti puasa Senin – Kamis atau puasa Tasu’a-‘Asyura (9-10 Muharam) yang akan berlangsung beberapa hari lagi.
Tentu saja, mengenalkan dan mengajarkan puasa kepada anak tidak cukup jika tidak disertai dengan praktik langsung. Setiap orang tua memiliki teknik dan metode yang berbeda-beda dalam mengajarkan puasa kepada anak-anak mereka. Selama perbedaan tersebut masih sesuai dengan sunah, tentu tidak jadi masalah. Justru, perbedaan yang demikian akan menjadi variasi tersendiri dalam mendidik anak.
Para sahabat Nabi pun telah melakukan hal ini sejak masa silam, mereka mendidik anak-anak mereka untuk berpuasa sejak dini dengan berbagai metode. Salah satu metodenya akan diceritakan pada hadis berikut ini. Yuk, kita lihat bagaimana metode yang mereka gunakan untuk mendidik anak berpuasa!
Dari Ar Rubayyi’ binti Mu’awwidz, ia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengutus seseorang ke salah satu suku Anshar di pagi hari Asyura, beliau bersabda, ‘Siapa yang di pagi hari dalam keadaan tidak berpuasa, hendaklah ia berpuasa. Siapa yang di pagi harinya berpuasa, hendaklah berpuasa.’” Ar Rubayyi’ mengatakan, “Kami berpuasa setelah itu. Lalu anak-anak kami pun turut berpuasa. Kami sengaja membuatkan mereka mainan dari bulu. Jika salah seorang dari mereka menangis, merengek-rengek minta makan, kami memberi mainan padanya. Akhirnya pun mereka bisa turut berpuasa hingga waktu berbuka.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Melihat hadis di atas, ada beberapa metode pendidikan yang dapat kita pelajari dan kita jadikan contoh dalam mendidik anak berpuasa. Apa saja itu? Simak pembahasan berikut ini.
1. Mendidik Sejak Kecil
Para sahabat Nabi sudah mendidik anak berpuasa sejak anak mereka masih kecil, begitu pula dengan ibadah lainnya. Para sahabat mengetahui bahwa anak kecil belum di kenakan kewajiban ibadah sampai mereka dewasa/balig. Namun, untuk pendidikan mereka tetap mendidik anak berpuasa sejak dini. Hal ini dilakukan agar anak terbiasa sejak kecil sehingga kelak ketika kewajiban ibadah sudah dikenakan kepada mereka setelah balig, mereka akan mudah melakukannya.
2. Memberikan Teladan
Dalam mendidik anak berpuasa, bisa dilihat bahwa sahabat Nabi memberikan teladan atau contoh berpuasa terlebih dahulu kepada anak mereka, dengan demikian anak mereka akan mudah mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh orang tuanya. Ini berarti, keteladanan sikap dari orang tua itu memang sangat berpengaruh dan diperlukan oleh anak.
3. Memberikan Hiburan atau Hadiah
Ketika anak sahabat Nabi menangis dan merengek ingin berbuka puasa, sahabat Nabi memberikan mainan kepada anak mereka sebagai media hiburan anak selama berpuasa, sehingga mereka akan lupa dengan permintaannnya untuk makan dan minum dan melanjutkan puasanya hingga penuh. Ini juga salah satu metode sahabat Nabi dalam mendidik anak berpuasa yang mereka terapkan. Selain itu, para orang tua juga dapat memberikan hadiah kepada anak yang berpuasa sebagai penghargaan kepada mereka agar mereka termotivasi untuk puasa.
4. Tidak Memaksa Anak untuk Berpuasa Penuh
Ketika orang tua mengajarkan puasa kepada anak, perlu diingat bahwa anak-anak berada pada masa pertumbuhan—yang tentu saja masih membutuhkan banyak nutrisi untuk menunjang pertumbuhan mereka. Selain itu, kondisi fisik anak tidaklah sama dengan orang dewasa. Anak yang dipaksa berpuasa mengikuti durasi puasa orang tuanya akan membuat fisik sang anak lemah, lebih parah lagi jika sang anak jatuh sakit karena puasanya dipaksakan mengikuti puasa penuh. Oleh karena itu, orang tua hendaknya memberi kelonggaran berpuasa bagi anak. Salah satunya adalah mengajarkan puasa secara bertahap kepada anak.
Mengajarkan anak berpuasa hendaknya dilakukan secara bertahap. Misalnya, anak berpuasa sampai jam 10.00 atau jam 12.00, kemudian bisa ditambahkan durasinya sampai jam 15.00 dan seterusnya sehingga anak bisa berpuasa penuh layaknya orang dewasa. Yang terpenting adalah bagaimana anak mengenal dan menjalankan puasa meski dilakukan secara bertahap.
5. Mengajarkan Ketaatan kepada Allah Sejak Dini
Berdasarkan hadis di atas, sahabat Nabi mendidik anak berpuasa sejak kecil. Ini berarti mereka telah mendidik dan mengajarkan ketaatan kepada Allah sejak dini, membiasakan anak untuk konsekuen melakukan ibadah kepada Allah serta menanamkan kecintaan kepada Allah sedari dini. Tentu hal ini patut dicontoh orang tua dalam mendidik anak.
6. Memberikan Pemahaman Akan Keutamaan Puasa Sunah kepada Anak
Orang tua hendaknya ingat bahwa berbagai macam puasa sunah memiliki keutamaannya tersendiri. Oleh karenanya, orang tua perlu memberitahukan keutamaan puasa sunah kepada anak. Apalagi, puasa adalah ibadah yang disandarkan hanya untuk Allah swt. seperti yang tertera pada hadis qudsi berikut.
Allah ‘azza wa jalla berfirman (yang artinya), “Setiap amalan adalah sebagai kafaroh/ tebusan kecuali amalan puasa. Amalan puasa adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya”. (H.R. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)
Keutamaan setiap puasa sunah tentu ada perbedaan satu sama lain. Khusus untuk puasa Tasu’a-‘Asyura—yang akan berlangsung beberapa hari lagi—, terdapat beberapa keutamaan yang bisa orang tua ajarkan kepada anak, antara lain:
1) Menghapus dosa satu tahun yang lalu
Rasulullah bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Puasa ‘Asyura aku memohon kepada Allah agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu. (H.R. Muslim)
Imam an-Nawawi berkata, “Keutamaannya menghapus semua dosa-dosa kecil. Atau boleh dikatakan menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar”.
2) Nabi sangat bersemangat untuk berpuasa pada hari itu
Ibnu Abbas berkata:
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ: يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ
Aku tidak pernah melihat Nabi benar-benar perhatian dan menyengaja untuk puasa yang ada keutamaannya daripada puasa pada hari ini, hari ‘Asyura dan puasa bulan Ramadan. (H.R. Bukhari dan Muslim)
3) Hari ketika Allah menyelamatkan Bani Israil
Ibnu Abbas berkata, “Nabi tiba di Madinah dan dia mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa A’syuro. Nabi bertanya, ‘Puasa apa ini?’ Mereka menjawab, ‘Hari ini adalah hari yang baik, hari ketika Allah telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Musa berpuasa sebagai rasa syukurnya kepada Allah. Dan kami pun ikut berpuasa’. Nabi berkata, ‘Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian. Akhirnya Nabi berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa juga’.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
4) Puasa ‘Asyura dahulu diwajibkan
Dahulu puasa ‘Asyura diwajibkan sebelum turunnya kewajiban puasa Ramadan. Hal ini menujukkan keutamaan puasa ‘Asyura pada awal perkaranya.
Ibnu Umar berkata, “Nabi dahulu puasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia agar berpuasa pula. Ketika turun kewajiban puasa Ramadhan, puasa ‘Asyura ditinggalkan”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
5) Jatuh pada bulan haram
Nabi bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ
Puasa yang paling afdal setelah puasa Ramadan adalah puasa pada bulan Allah al-Muharram. (H.R. Muslim)
Demikianlah cara mengenalkan dan mengajarkan puasa sunah kepada anak. Mendidik anak berpuasa memang membutuhkan proses dan kesabaran, apalagi jika orang tua mendidik anak berpuasa sejak dini. Yakinlah bahwa Allah akan membalas segala kesulitan dan keletihan dalam mendidik anak—apalagi mendidik anak untuk beribadah—dengan pahala yang berlimpah.
Dihimpun dari berbagai sumber
3
Red: admin
Editor: admin
Ilustrasi foto: pixabay
890
Follow Juga Akun Sosial Media Kami
Instagram : @parenting_islam.id
Fanspages :Parenting Islam ID
Youtube : Parenting Islami